Rabu, 13 Desember 2017

politik islam pada masa lampau.

Islam dikenal dengan sejarah kerajaan islam yang amat ditakuti negara lain. Dengan kebesaran dan kekuasaan islam yan luas menjadi ancama bagi negara non islam, sistem pemerihan islam menjadi kunci dari perkembangan dan kemajuan kerajaan islam yang seharusnya menjadi teladan bagi indonesia sebagai negara yang baru berkembang. Sejauh ini isu tentang perubahan sistem pemerintahan indonesia akan di ubah menjadi negara islam, hal ini memunculkan banyak perbincangan yang tak sedap di dengar demi menjatuhkan martabat islam, entah itu sebagai negara adikuasa atau negara diktator, jadi untuk itu mari kita benahi diri mengenal lebih dekat dengan cara pemerintahan kerajaan islam. 1. kepemimpinan nabi Muhammad SAW. Ada beberapa hal yang patut kita perhatikan tentang corak kepmimpinan nabi. Diantaranya adalah : 1. Adanya musyawarah yang dilaksanakan oleh Nabi bersama para sahabat baik secara terbuka maupun secara terbatas, terutama hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat umum dan tidak diatur oleh wahyu. 2. Dalam melaksanakan keputusa-kputusan hukum, misalnya eksekusi hukuman, memeberi pengajaran kepada masyarakat dan juga dalam memimpin perang, beliau memeberi kuasa kepada sahabat-sahabatnya. 3. Apabila beliau keluar kota untuk beberapa lama, misalnya untuk keperluan peperangan, beliau senantiasa mengangkat 'amil atas kota Madinah. Kadang-kadang beliau mengangkat dua orang, seorang wali dan seorang lagi untuk memimpin shalat, tetapi lebih banyak menunjuk 'amil tunggal, terutama apabila 'amil ini memeiliki reputasi dalam bidang kepemimpinan masyarakat dalam bidang keagamaan. Dengan data tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa : a. Pemerintahan Nabi saw. bukanlah pemerinthan otokrasi, sekalipun ditangannya terletak kekuasaan tertinggi. b. Dalam menjalankan pemerinthan, ia dibantu oleh staf yang berfungsi sebagai anggota musyawarah dan juga sebagai eksekutor. c. Nabi Muhammad Saw. Memberi kemugkinan pemisahan kekuasaan pemerintahan. 2. Khulafaur Rasyidin ( 11-40 H / 632-660 M) Khilafah Rasyidah merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis. Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya. A. Masa Abu Bakar ra. ( 11-13 H / 632-634 M) Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini. Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn ‘Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria. Salah satu hal monumental pada era Abu Bakar ra adalah pengumpulan mushaf al Quran dari para sahabat-sahabat yang lain, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit ra. B. Masa Umar Ibn Khatab ra. (13-23 H / 634-644 M) Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh “tangan kanan”nya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orang yang beriman). Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah. Salah satu hal yang monumental pada era sayidina Umar ra adalah mengenai sholat tarawih. Berikut salah satu riwayatnya, yang menjadi pegangan umat islam di seluruh dunia sampai saat ini. Diriwayatkan oleh Yazid Ibn Khusayfah dari Sâib Ibn Yazîd bahwa semua orang mengerjakan sholat tarawih 20 rakaat dalam bulan ramadlan pada masa khalifah Umar Ibn Khatab ra. (Baihaqi dalam As Sunaul Kubra, vol.2 hal 496) Peganglah kuat-kuat sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin.(Abu Dawud vol 2 hal 635, Tirmidzi vol 2 hal 108, Sunan Darimi vol 1 hal 43 dan Ibn Majah hal 5). Umar ra memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib. C. Masa Utsman Ibn ‘Afan ra. ( 23-35 H / 644-655 M) Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umumnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H 1655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh karabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegjatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah. Penulisan Al Quran dilakukan kembali pada masa sayidina Utsman ra. Ini terjadi pada tahun 25 H. Dan al Quran yang kita pegang saat ini adalah mushaf Utsman. D. Masa Ali Ibn Abi Thalib kwh. ( 35-40 H / 655-660 M) Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar. Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah. Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut) Ali, dan al-Khawarij (oran-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij. Ibrah Kepemimpinan Khulafaur Rasyidi. Ibrah atau keteladanan yang dapat diambil dari kepemimpinan Khulafaur Rasyidin adalah meneladani prestasi yang dicapai. Khalifah Abu Bakar as Shidiq merupakan satu sosok pemimpin yang tegas dan teguh memegang kebenaran. Kholifah Abu Bakar as Shidiq segera membrantas suatu gerakan yang dinilai menyalahi Islam, tanpa memberi kesempatan gerakan tersebut berkembang . Khalifah Umar bin Khattab merupakan salah satu pemimpin yang meletakkan dasar-dasar demokrasi Islam. Beliau benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Dalam pemerintahan beliau memilih pejabat yang benar-benar dapat dipercaya. Khalifah Umar bin Khattab juga selalu membuka diri untuk menerima suara langsung dari rakyatnya. Khalifah Usman bin Affan merupakan salah satu pemimpin yang lemah lembut dan sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Beliau lebih suka mengadakan pendekatan persuasif jika terjadi gejolak. Kholifah Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang disiplin, tegas,keras dalam membela kebenaran. Dalam kondisi tertentu, Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih mengutamakan kebenaran yang diyakininya, dari pada persatuan. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga sangat menjunjung tinggi keputusan yang sudah menjadi kesepakatan. 3. Kepemimpinan bani umayyah. Gaya dan corak kepemimpinan pemerintahan Bani Umayyah (41 H/661 M) berbeda dengan kepemimpinan masa-masa sebelumnya yaitu masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dipilih secara demokratis dengan kepemimpinan kharismatik yang demokratis sementara para penguasa Bani Umayyah diangkat secara langsung oleh penguasa sebelumnya dengan menggunakan sistem Monarchi Heredities, yaitu kepemimpinan yang di wariskan secara turun temurun. Hal itu, karena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak dilakukan secara demokratis dimana pemimpinnya dipilih melalui musyawarah, melainkan dengan cara-cara yang tidak baik dengan mengambil alih kekuasaan dari tangan Hasan bin Ali (41 H/661M) akibatnya, terjadi beberapa perubahan prinsif dan berkembangnya corak baru yang sangat mempengaruhi kekuasaan dan perkembangan umat Islam. Diantaranya pemilihan khalifah dilakukan berdasarkan menunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya dengan cara mengangkat seorang putra mahkota yang menjadi khalifah berikutnya. Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah Muawiyah bin Abi Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah. Sejak Muawiyah bin Abi Sufyan berkuasa (661 M-681 M), para penguasa Bani Umayyah menunjuk penggantinya yang akan menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena Muawiyah sendiri yang mempelopori proses dan system kerajaan dengan menunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan kedudukannya kelak. Penunjukan ini dilakukan Muawiyah atas saran Al-Mukhiran bin Sukan, agar terhindar dari pergolakan dan konflik politik intern umat Islam seperti yang pernah terjadi dada masa-masa sebelumnya. Sistem pemerintahan yang diterapkan Muawiyah meniru sistem pemerintahan kerajaan Romawi dan Persia yang mewariskan. Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah telah meninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin umat Islam. Untuk mendapatkan pengesahan, para penguasa Dinasti Bani Umayyah kemudian memerintahkan para pemuka agama untuk melakukan sumpah setia (bai’at) dihadapan sang khalifah. Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti ini bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi dan ajaran permusyawaratan Islam yang dilakukan Khulafaur Rasyidin. Selama masa pemerintahan demokratis Khulafaur Rasyidin, para khalifah selalu di dampingi oleh dewan penasihat yang terdiri dari para pemuka Islam. Seluruh kebijakan yang penting selalu di musyawarahkan secara terbuka. Bahkan rakyat biasa mempunyai hak untuk menyampaikan pertimbangan dalam pemerintahan. Kebebasan berpendapat dan kebebasan menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah merupakan corak yang sangat menonjol dalam pola pemerintahn Khulafaur Rasyidin. Tradisi musyawarah dan menyampaikan pendapat ini tidak berlaku dalam pemerintahan Bani Umayyah. Dewan permusyawaratan dan dewan penasihat tidak berfungsi secara baik. Kebebasan melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah tidak diperbolehkan. Hal itu terjadi karena penguasa Bani Umayyah benar-benar telah menganggap dirinya sebagai raja yang tidak dipilih dan diangkat oleh rakyat dan rakyat tidak dibolehkan melakukan kritik. Ajaran dan usaha nabi Muhammad saw yang telah menghapuskan fanatisme kesukuan tidak dapat dipertahankan pada masa Bani Umayyah. Mereka memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kelompok tersebut dan menutup kesempatan kelompok lain. Pada masa pemerintahan Khulafaur arasyidin sangat serius dan peduli terhadap tanggung jawab dan tugas mereka. Mereka sering keluar malam untuk melihat keadaan masyarakat yang sebenarnya. Mereka menjalani hidup dan tugas-tugas sesuai dengan prinsip ajaran Islam. Mereka tidak membangun gedung/istana megah. Tidak ada pengawalan khusus bagi para khalifah. Sementara para penguasa Bani Umayyah hidup dalam kemewahan dan dijaga ketat oleh pengawal, karena merka khawatir keamanan diri mereka. Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada masa pemerintahan Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain misalnya masalah Baitulmal. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Baitulmal berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat, diman setiap warga Negara memiliki hak yang sama terhadap harta tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan keluarga raja seluruh penguasa Dinasti Bani Umayyah kecuali Umar bin Abdul Aziz (717-729 M). Berikut nama-nama ke 14 khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa : Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M) Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M) Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M) Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M) Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M) Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M) Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M) Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M) Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724) Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M) Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M) Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M) Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M) Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M) 4. Kepemimpinan bani Abbasiyah a. Pemerintahan As-Saffah Khalifah abbasiyah yang pertama adalah Abu Abbas, dialah yang diberi kepercayaan kepada pamannya Abdullah dalam perang melawan Marwan II, khalifah terakhir Bani Umayyah. Hingga akhir khalifah Abbas memberi kepercayaan kepada SalihBin Ali untuk membunuh Marwan, yang kemudian kepala marwan dikirim ke khalifah Abbas. Saffah kemudian dipindah ke Anbar, dia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk memeragi pemimpin-pemimpin arab yang membantu Umayyah. Dia mengusir mereka kecuali Abdurrahman yang tidak berapa lama kemudian mendirikan dinasti Umayyah di Spayol. Saffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang pembantu bani Umayyah. Ia membunuh Abu Salama, dikenal sebagai menteri (Wadi’) dari keluarga Nabi Muhammad, seperti halnya dia membunuh Abu Hubayra, salahsatu dari pemimpin bani Umayyah zaman Marwan II setelah memberi kebebasan kepadanya. Kekhalifahan Saffah bertahan selama 4 tahun sembulan bulan. Dia wafat pada tahun 136 H di Anbar, satu kota yang telah dijadikan sebagai tmpat kedudukan pemerinyahannya. b. Sistem Kekhalifahan Abbasiyah Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam masalah sosial ddan pilitik diskriminas. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar”Imam” pemimpinmasyarakat muslim untuk menekankan artikeagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyahdi dalam mengumumkanlebih dari satu putra mahkota raja. Mansur dianggap sebagaipendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibukota DinastiAbbasiyah danmerupakan pusat perdaganganserta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan. Hanya itu yang dapat saya sampaikan tentang cara pemerintahan dan kepemimpinan umat islam dalam sejarahnya. Sistem pemerintahan dan cara pemilihan pemimpin yang berbeda-beda menjadi faktor dari perubahan sistem pemerintahan dan kepemimpinan umat islam.

faraid dan mawaris

Mengapa hukum waris Islam merupakan segi hukum yang sangat penting, sehingga digolongkan fardhu kifayah. Dalam kaitan ini Rasulullah saw. bersabda : تَعَلَّمُوْاالْفَرَائِضَ وَعَلِّمُوْهَافَاِنَّهَانِصْفُ الْعِلْمِ وَهُوَيُنْسى وَهُوَ اَوَّلُ شَيْءٍ يُنْزَعُ مِنْ اُمَّتِى Artinya : “Pelajarilah faraid dan ajarkan dia karena ia seperdua ilmu dan ia akan dilupakan dan dialah yang pertama akan dicabut dari umatku.” (Riwayat Ibnu Majah dan Daruqutni) Peringatan Rasulullah saw. ini betul-betul nyata sekarang. Banyak ulama yang mengerti berbagai ilmu, tetapi dalam ilmu faraid (ilmu mawaris) makin lama makin dilupakan orang. Ilmu faraidh merupakan setengah dari ilmu yg primer (penting) utk dipelajari. Menggali Ilmu ilmu Faraidh mengandung beberapa ratus kebajikan. Al-Futuhiy : “ Mencari Ilmu satu masalah dalam ilmu faraidh memiliki beberapa ratus kebajikan, sedangkan selainnya cuma sepuluh Kebajikan…” Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara segera (tak lewat Nabi dan Rasul) memaparkan ilmu Faraidh dengan cara rinci pada umat manusia (dalam Al-Qur`an). Ini seperti tertulis dalam salah satu sabda Rasulullah ﷺ : “Sesungguhnya Allah Subhanhu wa Ta’ala tak mewakilkan pembagian harta waris kalian terhadap satu orang Nabi atau Rasul-Nya ataupun raja yg luhur, tapi Allah menguasakan penjelasannya dan membaginya bersama Sejelas-jelasnya” Allah Subhanhu wa Ta’ala pun memaparkan ilmu Faraidh sedemikian rinci, komplit bersama rumus pembagian warisan, syarat-syarat ahli waris, & sekurang-kurangnya ada 9 ayat yg menuturkan masalah faraidh dengan cara panjang lebar & rinci dalam Al-Qur`an. Ilmu Faraidh ialah ilmu yg mula-mula kali dicabut sebelum Kiamat tiba. Penyebab munculnya dunia yg dipenuhi fitnah Sabda Rasulullah ﷺ : “Pelajarilah ilmu faraidh pula ajarkanlah pada beberapa orang, lantaran saya ialah orang yg dapat direnggut (mati), sedang ilmu itu angkat diangkat & fitnah dapat terlihat, maka dua orang yg bertengkar menyangkut pembagian warisan, mereka berdua tak menemukan seorangpun yg dapat melerai mereka” (HR. Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim) Nabi ﷺ bersabda, "Pelajarilah ilmu faraid, sebab dia termasuk bagian dari agamamu & setengah dari ilmu. Ilmu ini yakni yg mula-mula kali dapat dicabut dari umatku." (HR Ibnu Majah, Al-Hakim, & Baihaqi). 1. Tujuan Ilmu Faraid (Ilmu Mawaris) Tujuan ilmu faraid (ilmu mawaris) ialah untuk menyelamatkan harta benda si mati agar terhindar dari pengambilan harta orang-orang yang berhak menerimanya dan agar jangan ada orang-orang yang makan harta hak milik orang lain, dan hak milik anak yatim dengan jalan yang tidak halal. Inilah yang dimaksud Allah swt. dalam firman-Nya : وَلا تَأكُلوْا امْوَالكُمْ بَيْنَكُمْ بِالبَاطِل Artinya : “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil.” (Al-Baqarah [2] : 188) 2. Kedudukan Ilmu Faraid (Ilmu Mawaris) Orang-orang yang mempunyai ilmu faraid (ilmu mawaris) hampir sudah tidak ada, dan pembagian waris yang diatur menurut syari’at Islam sudah tidak banyak dilaksanakan oleh umat Islam sendiri. Kalau ada orang yang mati meninggalkan harta pusaka, tidak segera dibagikan kepada yang berhak menerimanya, sehingga akhirnya harta pusaka itu habis tidak terbagi. Rasulullah saw. sudah mensinyalir keadaan yang demikian, sehingga beliau sangat menekankan kita kaum muslimin untuk mempelajari ilmu faraid (ilmu mawaris), karena ilmu ini lama-lama akan lenyap, yakni orang-orang menjadi malas untuk melaksanakan pembagian pusaka menurut semestinya, yang diatur hukum Islam. Rasulullah saw. bersabda : تعَلَّمُواالْفَرَائِضَ وَعَلِّمُوْهَاالنَّاسَ فَاِنِّى امْرُؤٌمَقبُوْضٌ وَاِنَّ الْعِلْمَ سَيُقبَضُ وَتَظْهَرُالْفِتَنُ حَتّى يَخْتَلِفَ اِثنَانِ فِى الْفَرِيْضَةِ فَلايَجِدَانِ مَنْ يَّقضِيْ بَيْنَهُمَا ( رواه الحاكم ) Artinya : “Pelajarilah faraid (pembagian harta warisan) dan ajarkanlah kepada orang lain. Sesungguhnya aku adalah seorang manusia yang bakal dicabut nyawa. Dan sesunguhnya ilmu itu pun akan ikut tercabut pula. Juga akan hadir fitnah-fitnah sehingga terjadilah perselisihan antara dua orang karena hal warisan. Kemudian mereka berdua itu tidak mendapatkan orang yang akan memberi keputusan (terhadap masalah yang diperselisihkan itu) di antara mereka berdua berdua.” (Riwayat Al-Hakim). 3. Rukun Dan Syarat Waris Adapun rukun dan syarat yang harus ada dalam ilmu mawaris ada 3 hal utama yaitu: 1. Al-Muwaris (pewaris) Orang yang memiliki harta warisan yang telah meninggal dunia dan mewariskannya kepada ahli warisnya. Syaratnya adalah al-muwaris benar-benar telah dinyatakan meninggal baik secara hukum maupun medis. 2. Al-Waris (Ahli Waris) Al waris atau ahli waris adalah orang yang dinyatakan memiliki hubungan nasab atau kekerabatan yang merupakan hubungan darah, hubungan akibat perkawinan, atau akibat memerdekakan budak atau hamba sahayanya. Syarat, ahli waris adalah ia dalam keadaan hidup pada saat al-muwaris Atau orang yang memiliki harta waris meninggal dunia. Termasuk dalam hal ini adalah bayi yang masih berada dalam kandungan meskipun ia masih menyerupai janin dan ia terkait nasab dengan al mawaris. Baik pria dan wanita memiliki hak untuk memperoleh harta warisan. 3. Tirkah Tirkah adalah harta atau hak yang berpindah dari al muwaris atau pewaris kepada ahli warisnya. Harta tersebut dapat dikatakan tirkah apabila harta peninggalan almuwaris yang telah dikurangi biaya perawatan, pengurusan jenazah, hutang dan wasiat yang sesuai syariat agama islam untuk selanjutnya diberikan kepada ahli waris (baca keutamaan bersedekah). Dari pengertian tersebut maka dapat diketahui perbedaan harta peninggalan dengan harta warisan. Harta peninggalan adalah semua materi yang ditinggalkan oleh pewaris yang telah meninggal dunia secara keseluruhan sedangkan harta waris atau tirkah adalah harta peninggalan yang sesuai syara berhak diberikan kepada ahli waris setelah dikurangi hak orang lain di dalamnya. Sebab-Sebab Memperoleh Warisan Adapun hal hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan warisan disebutkan dalam tiga perkara berikut ini 1. Adanya hubungan kekerabatan atau hubungan nasab Kekerabatan artinya hubungan nasab antara orang yang Memberi warisan atau almuwaris dengan orang yang diwarisi dan hal ini disebabkan oleh kelahiran atau hubungan darah. Kekerabatan atau hubungan darah adalah sebab yang paling utama dalam menerima warisan karena hubungan darah tidak dapat dihilangkan. Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat Al Anfal “Orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Anfal: 75) 2. Adanya hubungan pernikahan Hubungan pernikahan dalam hal ini adalah sebab mendapatkan warisan dan hal ini terjadi setelah akad nikah yang sah dilakukan dan terjadi hubungan antara suami istri meskipun belum terjadi persetubuhan (baca nikah siri). Adapun suami istri yang melakukan pernikahan tidak sah tidak menyebabkan adanya hak waris. Istri yang telah mendapatkan talak tidak berhak menerima warisan dari mantan suaminya. 3. Karena wala’ Wala’ adalah sebab memperoleh warisan akibat jasa seseorang yang telah memerdekakan seorang hamba dikemudian hari budak atau hamba sahaya tersebut menjadi kaya. Jika bekas hamba atau budak tersebut yang dimerdekakan meninggal dunia, maka orang yang memerdekakannya berhak mendapatkan warisan. Ilmu mawaris penting dipelajari bagi umat islam agar harta warisan dapat diberikan sesuai ketentuan kepada yang berhak dan dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat.

Senin, 11 Desember 2017

kiamat menurut agama-agama besar selain agama islam.

Kiamat adalah suatu fenomena yang terjadi di bumi sebagai bencana alam terbesar yang pernah ada. Menurut ilmu pengetahuan, kiamat terjadi pada saat ketika suatu lempeng / tiang utama dari pondasi bumi bergeser / patah seketika dimana memicu getaran yang amat dasyat nya, bila digambarkan seperti gunung-gunung seketika aktif dan menyemburkan nafas apinya, terbentuknya gelombang air yang sangat besar, longsor dimana-mana, terjadi keretakan besar di permukaan bumi dan lain sebagainya. Mengenai hal itu, dari mana hal itu dapat diketahui, dan dari mana asal kepercayaan tersebut? al-qur'an menjelaskannya secara singkat dan jelas, namun bagaimana dengan non islam, dari mana mereka mengetahuinya? berikut penjelasannya: 1. Kiamat menurut agama hindu. Terlepas dari dua paradigma di atas, bagi umat hindu sendiri mengenal adanya hari kiamat, lebih jauh bahwa setelah masa itu, akan diganti lagi dengan kehidupan yang baru dimulai dari proses awal penciptaannya. Dalam Kitab Brahmanda Purana dengan salah satu ajarannya yang ditekankan adalah mengenai adanya hari kiamat (Pralaya). Pralaya diartikan sebagai suatu keadaan dimana seluruh makhluk, manusia, tumbuh-tumbuhan dikatakan musnah sehingga tidak ada lagi kehidupan di dunia ini. Kejadian ini terjadi pada akhir jaman Kali (Kaliyuga). Terdapat empat macam Pralaya, yaitu: 1. Nityapralaya; merupakan suatu kejadian setiap hari dari semua makhluk hidup mengalami saat kematian hingga masa kematian. 2. Brahmapralaya; ialah pralaya yang dialami oleh Brahma, diartikan sebagai Brahma tidur/istirahat dan pada saat itulah semua kehidupan tidak ada lagi, musnah. 3. Praktrapralaya; diartikan sebagai masa awal penciptaan dimana saat ini merupakan saat dimana alam yang tidak nyata (alam awyaka). 4. Atyantikapralaya; masa dimana dari alam yang tidak nyata menjadi nyata. Di sini akan kita coba membahas mengenai Brahma Pralaya. Pada saat itu dikatakan merupakan hari kiamat. Tapi jika kita telaah lebih lanjut dengan adanya pralaya yang ke tiga dan ke empat, ternyata hari kiamat yang dimaksudkan bukanlah merupakan akhir dari kehidupan itu sesungguhnya, karena kehidupan berikutnya akan terjadi lagi. Akan tetapi kehidupan yang baru tersebut adalah bukan dari lanjutan kehidupan yang lalu. Hal ini karena Tuhan akan melakukan kerja kembali dan menciptakan lagi suatu kehidupan dengan melalui suatu proses yang dari awal lagi, yaitu dari sesuatu yang tidak ada menjadi sesuatu yang ada yang selanjutnya akan terciptalah sesuatu yang lainnya seperti awalnya dan masa kemusnahan ini memakan waktu yang sangat lama (satu pararddha yang sama dengan 17 angka nol) dan kembali lagi ke jaman Krtayuga. Demikian kalau kita artikan dalam kitab Brahmanda Purana mengenai Maha Pralaya. Pralaya dikatakan akan terjadi pada jaman Kaliyuga. Jaman Kaliyuga merupakan jaman terakhir dari ke empat jaman yang ada yang antara lain adalah jaman Kretayuga, jaman Tretayuga, dan jaman Dwaparayuga, dan terakhir adalah jaman Kaliyuga. Dikatakan bahwa umur manusia pada setiap jaman rata-rata tidaklah sama, rata-rata panjang umur manusia akan semakin berkurang dari satu jaman ke jaman lainnya, pada tiga jaman yang pertama rata-rata umur manusia masih di atas 100 tahun, selanjutnya hingga ke jaman Kaliyuga dikatakan bahwa rata-rata umur manusia tidak lebih dari 100 tahun. Terjadinya Brahma Pralaya adalah sebagai berikut; pada akhir masa satu kalpa atau sehari Brahma, yaitu sama dengan 1000 yuga, dunia akan musnah. Selama 1000 tahun dunia akan timbul masa kekeringan sehingga dapat memusnahkan semua ciptaan ini. Kejadian ini dimulai dengan terjadinya pengisapan yang terus menerus yang dilakukan oleh tujuh macam sinar matahari yang akan mengosongkan air-air ini yang ada di muka bumi, yaitu di alam patala dan samudra. Dengan telah habisnya air itu akibat diserap oleh ketujuh sinar matahari tersebut, maka akan timbul tujuh gumpalan air yang terpisah dan seterusnya akan menjadi tujuh bola pijar yang sekaligus akan membakar habis segala yang ada dimuka bumi dan planet lainnya sampai surga pun musnah. Sedangkan penghuni yang ada akan dipindahkan ke Mahaloka dan dari situ kelak akan dipindahkan ke Janaloka. Dikatakan selanjutnya adalah dunia akan kembali lagi dari jaman Krtayuga melalui Bathara Wisnu sebagai kekuatan dan fungsi Brahman sebagai pemelihara suatu kehidupan hingga kemudian ke Bathara Brahma sebagai fungsiNya sebagai pencipta. Apakah Brahma Pralaya sudah semakin dekat?. Kalau kita cermati keterangan di atas tentang bagaimana proses terjadinya Brahma Pralaya, kemudian kita mencoba untuk menghubung-hubungkan dengan keadaan dunia yang akhir-akhir ini dengan segala problemanya, seperti: 1. Hutan semakin gundul; terjadi pembalakan hutan secara ilegal, penebangan pohon dimana-mana, luasan hutan sudah semakin berkurang, peralihan fungsi hutan terjadi dimana-mana, lahan-lahan kosong sudah semakin menyempit yang kemudian diganti dengan pembangunan pemukiman, keserakahan manusia sudah merajalela dengan merusak lingkungan yang ada, ruang terbuka hijau sudah hampir-hampir sulit dijumpai, dlsbgnya. 2. Moral manusia semakin merosot; moral manusia saat ini sudah sangat merosot, terjadi perkosaan dimana-mana, antara bapak kandung dengan anak kandungnya atau anak tirinya, terjadinya perselingkuhan yang sangat terbuka bisa terjadi dimana-mana, hubungan sex bebas, anak-anak dengan cara yang begitu mudah dapat mengakses gambar atau foto-foto atau film-film porno. Anak sudah tidak menghargai orang tuanya lagi, anak sekolah tidak lagi menghormati gurunya dll. 3. Kejahatan yang semakin meningkat; kejahatan dari tingkat anak-anak, remaja, dan kejahatan orang tua sudah sangat tinggi, bahkan perbedaan antara kejahatan anak-anak, remaja, dan orang tua sudah tidak jelas perbedaannya, pada bagian mana yang menunjukkan perbedaannya. Perampokan, pencurian, pemerasan, korupsi, semuanya sudah semakin mengkhawatirkan. 4. Dunia semakin panas/kekeringan dimana-mana; kekeringan telah terjadi dimana-mana, sumber air semakin sulit/berkurang. Beberapa sumber mata air telah kering, beberapa danau telah berubah bentuk, yang tadinya sebagai sumber air, telah berubah menjadi kompleks hunian. Demikian pula daerah-daerah yang tadinya berfungsi sebagai sumber resapan telah beralih fungsi. Kekeringan terjadi dimana-mana, kerawanan pangan adalah sebagai dampak dari kekeringan tadi. Sumber air bersih sudah sangat langka, akibatnya yang tadinya kotor dan berbau, kini diolah agar dapat dikonsumsi. Sumber penyakit pun merajalela akibat dari pengolahan air yang tidak higenis oleh karena air tersebut berasal dari sumber air yang sangat kotor. 5. Terjadi perang dimana-mana; perang dimaksudkan adalah bukan saja perang yang terjadi antara negara, akan tetapi juga perang yang terjadi antara suku, perang antara desa satu dengan desa lainnya, kampung satu dengan kampung lainnya, perang antara kelompok, perang antara anak sekolah dengan segala bentuk permasalahan, semuanya akibat dari masalah perut yang kosong, masalah tanah, masalah kekayaan, dengan segala bentuknya. 6. Manusia saling membunuh dengan sadisnya; saat ini hanya karena masalah uang Rp 1000 saja orang sudah begitu tega saling membunuh. Pembunuhan multilasi, tanpa perasaan dan tanpa penyesalan telah begitu gampang dilaksanakan oleh seseorang terhadap teman akrabnya sendiri. Bahkan seorang anak dengan sadisnya membunuh orang tuanya hanya karena hal yang sepele (tidak diberi uang), hanya karena sebiji buah nangka saja seorang anak tega membunuh kakaknya, anak SD secara nekad telah menggantung dirinya karena belum membayar uang sekolah ataupun karena tidak dibelikan HP, dan masih banyak lagi contoh yang lainnya. 7. Bencana terjadi dimana-mana; bencana sepertinya tidak putus-putusnya terjadi dimuka bumi ini. Dari Tsunami, angin puting beliung, topan George dll yang begitu banyak namanya. Gempa bumi, gunung-gunung meletus mengeluarkan kawahnya dan tanah longsor maupun banjir yang semuanya memakan banyak korban jiwa maupun materi yang tidak sedikit jumlahnya. Tampaknya dunia/bumi sudah sangat panyah menompang segala macam bentuk kehidupan dan perbuatan manusia yang berada di atasnya yang diandaikan bumi sebagai seorang manusia yang sudah renta dan sedang kesakitan berjalan tertatih-tatih memikul beban yang sangat berat. Bahwa jaman Kaliyuga sudah semakin tua dan semakin dekat berakhirnya, masa kerja Brahma tampaknya sudah semakin dekat untuk menuju masa istirahat-Nya dan jika Brahma beristirahat, maka bersamaan dengan itu pula terjadilah suatu kehancuran dengan bumi. Bumi dengan segala isinya beserta planet-planet lainnya akan hancur lebur dan yang akhirnya menjadi musnah, keadaan inilah yang dikenal dengan istilah kiamat. Apakah tanda-tanda yang telah disebutkan di atas merupakan tanda-tanda akan datangnya sebuah peristiwa luar biasa (kiamat) dan merupakan akhirnya jaman Kaliyuga. 2. Kiamat menurut agama buddha. Di dalam Buddha-Dhamma dikenal adanya dua siklus dunia tempat kita hidup : 1. Siklus naik. 2. Siklus turun. Satu siklus kelahiran kembali dunia ( Mahakappa : Satu Kappa Besar ) dibagi menjadi 4 fase: 1. Fase Kekosongan, 2. Fase “ Penciptaan “ , 3. Fase statis / kediaman , 4. Fase Kerusakan ( Kiamat ). Masing-masing fase tersebut disebut “Kappa-Menengah”. Kappa-menengah terdiri dari dua-puluh ( 20 ) kappa-kecil. Kappa-kecil pertama disebut kappa-turun, dan kappa-kecil terakhir ( yang ke-20 ) disebut kappa naik. Delapan-belas ( 18 ) kappa-kecil di antara kappa-turun dan kappa-naik merupakan siklus yang terdiri atas paruh-pertama naik dan paruh-kedua turun. Diperlukan waktu dua-puluh ( 20 ) kappa-kecil untuk fase kekosongan, dan 20 kappa kecil untuk fase “penciptaan” alam-semesta tempat kita hidup ini. Waktu permulaan zaman dari fase kediaman, awal kemunculan manusia di bumi, jangka kehidupan mereka rata-rata adalah “tak-terhingga”,, lalu turun secara perlahan-lahan ( dimana sekarang ini rata-rata umur manusia adalah 70 tahun ) hingga suatu saat akan mencapai umur rata-rata hanya sepuluh ( 10 ) tahun, dan saat tercapainya ini adalah disebut dengan “utkarsa” : fase-turun, maka itu kappa-pertama disebut kappa-turun. Setelah itu diikuti dengan delapan-belas ( 18 ) kappa-kecil dimana jangka kehidupan rata-rata manusia perlahan-lahan naik ke delapan-puluh-ribu ( 80.000 ) tahun , dan fase ini disebut “apakarsa” : fase-naik. Lalu setelah apakarsa kemudian rata-rata kehidupan manusia akan turun lagi menjadi selama sepuluh ( 10 ) tahun ( kembali ke “utkarsa” ; fase-turun ). Maka dari itu delapan-belas ( 18 ) kappa kecil itu disebut kappa naik-turun. Setelah jangka kehidupan rata-rata manusia mencapai sepuluh ( 10 ) tahun di akhir kappa kecil ke-19, jangka kehidupan manusia rata-rata naik kembali secara perlahan-lahan menjadi delapan-puluh-ribu ( 80.000 ) tahun , yaitu kembali pada “apakarsa” ; fase-naik. Dalam beberapa teks Buddhis, kata “perlahan-lahan” artinya jangka kehidupan rata-rata manusia naik/turun 1 tahun setiap kurun waktu seratus ( 100 ) tahun, tergantung apakah zaman itu dalam fase naik atau fase turun. Pada saat terjadi apakarsa ( fase-naik ), maka tidak akan ada kemunculan seorang BUDDHA, karena manusia hidup lebih lama di dunia yang relatif makmur sehingga mereka telah puas dan tak berminat mendengarkan ajaran Buddha. Buddha hanya akan muncul pada fase turun, tapi tidak muncul saat jangka kehidupan manusia telah jatuh dibawah titik jangka kehidupan kritis, saat sikap dan mental manusia sangat inferior sehingga tidak bisa menerima ajaran Buddha. Jangka kehidupan kritis ditafsirkan beraneka ragam, ada yang menafsirkannya sebagai seratus ( 100 ) tahun, delapan-puluh ( 80 ) tahun, bahkan tiga-puluh ( 30 ) tahun. Zaman dibawah jangka kehidupan kritis disebut zaman kegelapan, yang dalam agama lain disebut “Akhir-Zaman”. Tanda-Tanda Akhir Zaman Tanda-tanda “Akhir-Zaman” menurut Buddha-Dhamma adalah saat timbulnya lima ( 5 ) macam kemerosotan ( kasaya ): 1. Kemerosotan pandangan ( ditthi-sakaya ) : aneka ragam gagasan dan pandangan terbalik muncul di seluruh pelosok dunia dan menjadi dominan di dalam benak manusia. 2. Kemerosotan hawa-nafsu ( kilesa-kasaya ) : manusia hanya mengejar kesenangan dengan menghalalkan segala cara. Segala jenis kejahatan merajalela dan perbuatan tercela ( dengan menggunakan standar hidup kita sekarang ) dianggapnya sebagai norma-norma. Orang-orang yang melakukan kejahatan bahkan disanjung sebagai pahlawan dan dihormati di masyarakat. 3. Kemerosotan kondisi manusia ( sattva-kasaya ) : mayoritas manusia tidak mendapatkan kepuasan batin dan kebahagiaan dalam kehidupan. Saat itu, fisik dan mental manusia jauh lebih inferior daripada saat kita hidup sekarang ini. 4. Kemerosotan jangka kehidupan manusia ( ayus-kasaya ) : jangka kehidupan rata-rata manusia secara makro menurun hingga ke titik kritis. 5. Kemerosotan zaman-dunia ( kalpa-kasaya ) : peperangan, bencana-alam, wabah-penyakit, gagal-panen, dan kelaparan melanda dunia. Saat mengalami ini, lingkungan hidup ( ekosistem dan ekologi ) semakin memburuk. Salah satu ciri dari fase turun adalah kejadian yang disebut dengan “Tiga-Bencana-Besar” : 1. Peperangan, 2. Wabah penyakit. 3. Kelaparan. Ada tiga teori mengenai ciri-ciri dari fase turun tersebut. Teori pertama , menyatakan bahwa pada saat jangka kehidupan manusia mencapai rata-rata sepuluh ( 10 ) tahun, peperangan berlangsung selama tujuh ( 7 ) hari, dilanjutkan dengan wabah penyakit yang berlangsung selama tujuh ( 7 ) bulan plus tujuh ( 7 ) hari, dilanjutkan dengan kelaparan selama tujuh ( 7 ) tahun, tujuh ( 7 ) bulan, dan tujuh ( 7 ) hari. Teori kedua , menyatakan bahwa hanya satu jenis bencana yang akan terjadi di setiap akhir kappa-kecil. Saat jangka kehidupan manusia mencapai sepuluh ( 10 ) tahun di kappa pertama, wabah penyakit muncul ; di kappa kedua api peperangan terjadi ; dan di kappa ketiga, kelaparan melanda. Pola ini berlanjut sampai sepanjang enam-belas ( 16 ) kappa berikutnya, dan setiap bencana berlangsung selama tujuh ( 7 ) hari. Menurut teori ini, kita sekarang berada di kappa kesembilan ( ke-9 ), pada fase menurun, dimana bencana kelaparan akan terjadi saat jangka kehidupan manusia rata-rata mencapai sepuluh ( 10 ) tahun. Teori ketiga , menyatakan bahwa kala jangka kehidupan manusia mencapai tiga-tuluh ( 30 ) tahun, ada periode kelaparan selama tujuh ( 7 ) tahun, tujuh ( 7 ) bulan, tujuh ( 7 ) hari ; dikala umur rata-rata kehidupan manusia mencapai dua-puluh ( 20 ) tahun, ada periode wabah penyakit selama tujuh ( 7 ) bulan dan tujuh ( 7 ) hari ; kala umur rata-rata kehidupan manusia mencapai sepuluh ( 10 ) tahun, ada periode bencana peperangan selama tujuh ( 7 ) hari. Terjadinya Kiamat Pada kappa kedua-puluh ( ke-20 ), kappa terakhir, merupakan fase naik dan jangka kehidupan manusia mencapai delapan puluh ribu ( 80.000 ) tahun. Setelah itulah, kiamat mulai datang dalam bentuk penghancuran bumi melalui salah satu dari tiga unsur alam-semesta : api, air, dan angin. Ini adalah akhir dari sebuah siklus “Mahakappa”. Siklus mahakappa pertama diakhiri dengan kiamat dari unsur api, dimana tujuh matahari muncul [ melintasi orbit tata surya kita ] dan mengeringkan samudera. Siklus mahakappa kedua ( ke-2 ) hingga ketujuh juga diakhiri dengan cara kiamat yang serupa. Siklus mahakappa kedelapan ( ke-8 ) diakhiri dengan kiamat dari unsur air. Pola kiamat api dan satu kiamat air berulang selama tujuh ( 7 ) kali, totalnya lima-puluh-enam ( 56 ) Mahakappa. Selanjutnya dilanjutkan dengan tujuh kali kiamat api dan satu kiamat angin, sehingga total menjadi enam-puluh-empat ( 64 ) Mahakappa. Periode enam-puluh-empat ( 64 ) Mahakappa merupakan satu siklus besar dari satu sistem dunia. Kiamat api menghancurkan mulai dari neraka hingga surga kesembilan ( ke-9 ), yaitu surga tempat Maha-Brahma hidup. Kiamat air menghancurkan mulai dari neraka hingga surga kedua-belas ( ke-12 ), yaitu alam makhluk cahaya ( Abhassara ), dan kiamat angin menghancurkan dari alam neraka hingga surga kelima-belas ( ke-15 ), yaitu alam Subhakinha ( Jhana III ). Penggambaran kiamat dari siklus Mahakappa pertama hingga ketujuh, yaitu kiamat dengan unsur api digambarkan dalam Anguttara Nikaya, Sattakanipata adalah sebagai berikut : “ Bhikkhu, akan tiba suatu masa setelah bertahun-tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, atau ratusan ribu tahun, tidak ada hujan. Ketika tidak ada hujan, maka semua bibit tanaman seperti bibit sayuran, pohon penghasil obat-obatan, pohon-pohon palem dan pohon-pohon besar di hutan menjadi layu, kering dan mati… . Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kedua muncul. Ketika matahari kedua muncul, maka semua sungai kecil dan danau kecil surut, kering dan tiada… . Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu wakti di akhir yang lama, matahari ketiga muncul. Ketika matahari ketiga muncul, maka semua sungai besar, yaitu sungai Gangga, Yamuna, Acirawati, Sarabhu dan Mahi, surut, kering dan tiada… . Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu wakti di akhir masa yang lama, matahari keempat muncul. Ketika matahari keempat muncul, maka semua danau besar tempat bermuaranya sungai-sungai besar, yaitu danau Anotatta, Sihapapata, Rathakara, Kannamunda, Kunala, Chaddanta, dan Mandakini surut, kering dan tiada… . Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lamai, matahari kelima muncul. Ketika matahari kelima muncul, maka air maha samudera surut 100 Yojana, lalu surut 200 Yojana, 300 Yojana, 400 Yojana, 500 Yojana, 600 Yojana dan surut 700 Yojana. Air maha samudera tersisa sedalam tujuh pohon palem, enam , lima, empat, tiga, dua pohon palem, dan hanya sedalam sebatang pohon palem. Selanjutnya, air maha samudera tersisa sedalam tinggi tujuh orang, enam, lima, empat, tiga, dua, dan hanya sedalam seorang saja, lalu dalam airnya setinggi pinggang, setinggi lutut, hingga airnya surut sampai sedalam tiga mata kaki. Para Bhikkhu, bagaikan di musim rontok, ketika terjadi hujan dengan tetes air hujan yang besar, mengakibatkan ada lumpur di bekas tapak-tapak sapi, demikianlah dimana-mana air yang tersisa dari maha-samudera hanya bagaikan lumpur yang ada di bekas tapak-tapak kaki sapi. Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keenam muncul, Ketika matahari keenam muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung, mengeluarkan , memuntahkan, dan menyemburkan asap. Para Bhikkhu, bagaikan tungku pembakaran periuk yang mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap, begitulah yang terjadi dengan bumi ini. Demikianlah para Bhikkhu, semua bentuk ( sankhara ) apa pun adalah tidak kekal, tidak abadi, atau tidak tetap. Janganlah kamu merasa puas dengan semua bentuk itu, itu menjijikkan, bebaskanlah diri kamu dari semua hal. Para Bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir yang lama, matahari ketujuh muncul. Ketika matahari ketujuh muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung terbakar, menyala berkobar-kobar, dan menjadi seperti bola api yang berpijar. Cahaya nyala kebakaran sampai terlihat di alam Brahma, demikian pula dengan debu asap dari bumi dengan gunung Sineru tertiup angin sampai ke alam Brahma. Bagian-bagian dari puncak gunung Sineru setinggi 1, 2, 3, 4, 5 ratus Yojana terbakar menyala ditaklukkan oleh amukan nyala berkobar-kobar, hancur lebur. Disebabkan oleh nyala yang berkobar-kobar bumi dengan gunung Sineru hangus total tanpa ada bara maupun abu yang tersisa. Bagaikan mentega atau minyak yang terbakar hangus tanpa sisa. Demikian pula bumi dengan gunung Sineru hangus terbakar hingga bara maupun debu tak tersisa sama sekali. “ 3. Kiamat menurut agama kristen. Tanda-tanda kiamat menurut Kristen atau yang sering disebut sebagai akhir zaman adalah periode waktu dimana dunia ini akan musnah. Hal ini dipercayai oleh agama-agama dominan di dunia, baik Abrahamik maupun non-Abrahamik. Pada akhir zaman, tidak ada lagi mujizat Tuhan Yesus. Dalam Kristen, akhir zaman digambarkan sebagai peristiwa kesengsaraan makhluk di Bumi. Dimana peristiwa ini datang sebelum kedatangan Kristus yang kedua kalinya ke dunia, yang akan menghadapi anti-Kristus dan menghantarkannya ke Kerajaan Allah. Ayat Alkitab tentang tanda-tanda akhir zaman juga terdapat dalam Matius 24:15-22 dan Lukas 21:20-33. Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya. Hanya saja, tidak ada penjelasan jelas kapan peristiwa itu akan terjadi. Sebagai orang beriman, kita harus selalu siap siaga untuk menghadapi kedatangan Yesus tersebut dan percaya janji Tuhan bagi orang percaya. Sebelum akhir zaman benar-benar terjadi, Yesus akan memberikan petunjuk kepada umat manusia sebagai tanda, seperti: 1. Malapetaka dan Bencana Alam Jika diamati, belakangan ini banyak terjadi bencana alam dan malapetaka yang merampas banyak hidup manusia. Bencana alam ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia, Seperti: Gempa bumi, Tanah longsor, Angin topan, dan Badai. Contoh di atas merupakan bencana yang sangat dahsyat yang tidak dapat dihentikan oleh manusia. Secara ilmu pengetahuan, peristiwa tersebut di anggap wajar karena pengaruh pergerakan bumi. Benarkah demikian? Secara ilmu pengetahuan, tentu saja hal itu benar. Namun jika kita melihat dalam ilmu rohani, hal tersebut tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah itu sendiri. Jika Allah berkehendak, bencana dan malapetaka tidak akan terjadi. Hal ini diperkuat oleh Kitab Lukas 21:11 “dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan, dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit." 2. Kelaparan, Kemiskinan, dan Penyakit Markus 13:14-20 “Apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat yang tidak sepatuhnya – para pembaca hendaklah memperhatikannya – maka orang-orang yang di Yadea haruslah melarikan diri ke pegunungan. Orang yang sudah di paranginan di atas rumah janganlah ia turun dan masuk untuk mengambil sesuatu dari rumahnya. Dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. Berdoalah, supaya semuanya itu jangan terjadi pada musim dingin. Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia, yang diciptakan Allah, sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya Tuhan tidak mempersingkat waktunya, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan yang tepat dipilih-Nya, Tuhan mempersingkat waktunya.” Selanjutnya ialah penyakit, kemiskinan, dan kelaparan. Jika diamati, ketiga tanda ini sangat jelas terjadi saat ini. Contoh peristiwa nyata, antara lain: banyak penyakit baru yang bermunculan yang belum diketahui obat penangkarnya. Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan bagi ilmu kedokteran, Kombinasi kelaparan dan kemiskinan juga terjadi di seluruh belahan bumi. Jumlah yang tercatat saat ini mencapai 1 miliar lebih. Berbanding jauh dengan beberapa dekade sebelumnya yang hanya berjumlah 100 juta orang saja, kemiskinan dan kelaparan banyak terjadi di negara berkembang, khususnya di Asia dan Pasifik. Setiap lima detik, ada satu anak yang direnggut nyawanya karena gizi buruk. 3. Kekerasan di Luar Kontrol Masih ingatkah kamu cerita tentang Nabi Nuh? Pada zaman Nabi Nuh, kekerasan merajalela dimana-mana yang hampir sama dengan tanda-tanda kiamat menurut Kristen. Tak ada satu orangpun yang menghiraukan sesamanya. Mereka berbuat seakan tanpa tujuan hidup orang Kristen. Hal ini juga terjadi sekarang, bahkan lebih parah. Berbagai macam kekerasan terjadi kepada sesama umat manusia, seperti pembunuhan. Pada poin ini, tanda kiamat diibaratkan seperti: Manusia dianggap sampah yang tak berguna, sehingga mereka kurang menghargai hidup sesama manusia Tidak ada rasa takut saat membunuh sesama. Saat ditanyakan, “idakkah kamu takut hukuman yang akan kamu terima di pengadilan di dunia akhirat nanti?” Jawabannya “tidak” Pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan terjadi tanpa pandang bulu. Setiap hari, kasus pembunuhan terkuat dari beberapa wilayah yang ada di Indonesia. 4. Seks di Luar Batas Saat ini, manusia telah melanggar salah satu isi hukum Taurat, yaitu adanya seks bebas. Manusia seakan hidup dalam nafsu yang sangat tinggi. Jika hasratnya tidak terpenuhi, hancurlah orang tersebut. Akibat yang ditimbulkan dari haus seks, antara lain: Manusia tidak lagi mementingkan dengan siapa ia berhubungan intim. Contohnya, hubungan seks yang dilakukan seorang wanita dengan seekor anjing. Apakah demikian yang dikehendaki Tuhan? Akibat seks yang kelewatan batas, banyak bermunculan penyakit HIV AIDS. Tidak hanya diderita oleh orang tua saja, namun juga oleh kaum muda dan remaja. Penyekit inilah yang membawa kematian bagi penderitanya. 5. Perang Terjadi Dimana-Mana Sejak zaman dulu, peperangan ini telah terjadi. Baik antar bangsa, suku, agama, dan kerajaan. Dari generasi ke generasi, selalu ditemukan peperangan yang memakan banyak korban jiwa. Namun, puncaknya terjadi pada zaman sekarang. Usai Perang Dunia I dan II, banyak orang yang resah akan adanya Perang Dunia ke III. Bruce Barton, seorang politisi di Amerika mengatakan bahwa: “Perang bukanlah istilah yang sesuai untuk kekacauan di dunia saat ini, melainkan neraka” “Tidakkah kamu menyadari bahwa perang kuno sudah tidak berlaku lagi sekarang. Manusia lebih suka dengan perang cara baru yang digambarkan seperti neraka” Akibat adanya perang, manusia tidak lagi menjadi murid Kristus. Matius 24:6-7 “Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun, berawas-awaslah, jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit malawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.” 6. Kemajuan di Bidang Ekonomi dan Perindustrian Di samping bencana alam, malapetaka, kemiskinan, kelaparan, dan penyakit, ada pula peningkatan yang terjadi di bidang ekonomi dan perindustrian. Kemajuan di dua bidang ini biasanya terjadi di negara-negara maju. Di beberapa negara, adanya kemakmuran dan kelimpahan harta. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya orang-orang hebat yang hartanya hampir satu per enam belas kekayaan di bumi ini. Peristiwa ini sebagai tanda bahwa Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya. 7. Meningkatnya Ilmu Pengetahuan Saat ini, ada banyak peningkatan yang terjadi di dunia pendidikan. Prestasinya dikatakan melebihi ekspektasi dan melampaui generasi sebelumnya. Banyak temuan baru yang berhasil diciptakan dan digunakan untuk memudahkan aktivitas manusia, seperti robot. Robot pada zaman sekarang telah dapat menggantikan posisi manusia dalam pekerjaan. Hasil pekerjaan robot juga jauh lebih akurat ketimbang manusia seperti kita. Perkembangan ilmu pengetahuan ini dikategorikan sebagai hal positif karena membangun kehidupan yang lebih baik. Namun, ada sisi negatif yang ditimbulkan karena pintarnya manusia zaman sekarang, antara lain: Tingginya ilmu pengetahuan membuat manusia tidak percaya akan kekuatan Tuhan dan menghiraukan. Mereka lebih percaya bahwa dunia ini terbentuk karena proses alam, bukan karena campur tangan Tuhan Manusia yang terlalu pintar membuatnya bersikap egois. Mereka lebih mementingkan diri sendiri daripada sesama. Sehingga berkurangnya sikap toleransi dan saling tolong menolong. 8. Kemerosotan Moral Saat melihat keadaan sekitar, kita sering bertanya “kemanakah dunia ini akan berlanjut?” Banyak kejadian sosial yang menonjol yang mengancam kehidupan manusia. Seks bebas, kawin cerai, perampokan, pencurian, pemerkosaan, kenakalan remaja, narkotika, dan pembunuhan adalah contoh kemerosotan moral yang terpampang nyata dalam kehidupan saat ini. Contoh tersebut membuat manusia tidak tahu arti bersyukur dalam Alkitab. Dampak yang ditimbulkan dari kemerosotan moral, antara lain: 1. Sifat manusia yang garang, tidak takut akan dosa. 2. Berlagak lebih pintar, dan tidak mempercayai Tuhan. 3. Hidup menurut hawa nafsu, bukan lagi menurut ajaran Tuhan dalam Alkitab. 4. Suka menyombongkan diri sendiri, dan memfitnah sesama manusia. 5. Sikap manusia yang tidak tahu terima kasih, suka memberontak, dan tidak mau mendengarkan perkataan orang lain. 6. Menghiraukan arti penting pacaran beda agama menurut Kristen. 9. Stres yang Meningkat Bagaimana manusia tidak stres jika melihat kejadian yang terjadi di dunia saat ini? Dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada orang lain, namun juga pada anak-anak mereka. Anak yang tidak bisa diatur membuat orang tuanya stres. Stres yang berlebihan tersebut akan menimbulkan penyakit, seperti jantung, darah tinggi, kolesterol, dan berujung pada kematian. Selain mengarah pada kematian, stres ini juga banyak mempengaruhi mental manusia itu sendiri. Dibuktikan dengan banyaknya “orang gila” yang berkeliaran saat ini. Stress ini dipicu karena: 1. Perilaku manusia yang tidak bisa diatur. 2. Hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan membuat manusia dilanda stres. 3. Tidak sanggup menghadapi kenyataan hidup yang semakin keras. 4. Pengaruh lingkungan internal dan eksternal dalam pergaulan manusia itu sendiri. 10. Cekcok Antara Buruh dan Majikan Semakin Terlihat Selain stres yang melanda umat manusia saat ini, ada masalah lain yang timbul yaitu cekcok buruh dan majikan yang semakin kelihatan. Banyak buruh yang diperlakukan sewenang-wenang oleh majikannya. Kekerasan, pelecehan, dan penyiksaan banyak terjadi pada buruh seperti TKI. Selain itu, pemberian upah yang tak sebanding pada buruh juga menjadi masalah yang menimbulkan demonstrasi. Sementara para majikan tetap mempertahankan ketentuan upah dan meniadakan kenaikan gaji. Hal ini berlanjut terus menerus tiada henti. Yakobus 5:4 “Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.” 11. Adanya Ketakutan di Dalam Diri Segala Bangsa Walaupun manusia telah hidup di era modern, rasa takut tidak bisa dihilangkan dalam setiap pribadi. Saat ini, kita telah dilanda rasa bimbang, ragu, kecewa, dan lesu yang terjadi secara berkelanjutan. Ya, ketakutan merupakan sumber dari segala perasaan yang timbul. Ketakutan semakin merajalela dimana-mana. Baik di dalam diri manusia maupun di dalam diri bangsa-bangsa di bumi. Ketakutan seperti apa yang dirasakan? Banyak manusia yang saat ini semakin takut akan adanya pemusnahan manusia, Ancaman maut seperti senjata modern dan ledakan bom yang membinasakan, Manusia semakin takut untuk menghadapi kenyataan dunia yang semakin keras dan semakin tak terkendali dan Manusia yang tidak siap menghadapi fakta-fakta kehidupan yang sangat misterius. 12. Gerakan Pembangunan Rohani Secara Besar-Besaran Nubuat Matius 24:14 berkata “Dan Injil kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Dari nubuat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum Yesus datang untuk yang kedua kalinya, pemberitaan Injil akan dilakukan secara besar-besaran, ceramah-ceramah dan penyegaran rohani akan membanjiri dunia. Selain itu, banyak manusia yang mulai bertobat dan mengetahui siapakah Allah Tritunggal. Akankah hal ini menjadi kenyataan? Apalagi manusia sekarang menganggap agama menjadi sesuatu yang tidak penting? Arti yang terdapat dalam nubuat Matius, antara lain: Gerakan pembangunan rohani dan pemasyuran Injil akan dilakukan secara besar-besaran, bukan untuk membalikkan jalan manusia dari salah menjadi benar. Namun, lebih mengarah pada terbukanya jalan bagi manusia yang ingin bertobat sebelum akhir zaman Pembangunan rohani dan memasyurkan Injil dilakukan secara intensif sekali. Mulai dari Benua Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Australia 13. Penyebaran Ajaran Palsu Secara Global Selain penyebaran Injil secara besar-besaran, penyebaran dan ajaran nabi palsu juga telah mulai bermunculan. Contohnya adalah kelompok ISIS. Kelompok ini sangat menggemparkan dunia saat ini. ISIS tidak tergolong dalam kelompok agama, melainkan segerombolan orang yang berkumpul untuk membangun kelompok yang bertujuan untuk memusnahkan manusia. Selain itu, maraknya penyebaran agama palsu dan merosotnya pengetahuan tentang sejarah Gereja. 14. Krisis Lingkungan Global Alam yang dulunya indah dan sejuk, kini telah berubah menjadi alam yang kering, tandus, dan panas. Hal ini terjadi karena ulah manusia yang tidak pernah mau melestarikan lingkungan. Ulah manusia yang merusak lingkungan global, antara lain: Penebangan pohon secara sembarangan, tanpa melakukan adanya penghijauan kembali atau reboisasi. Hutan yang dulunya lebat, kini telah berubah menjadi hutan yang gundul dan tandus. Pembangunan rumah kaca yang membuat lingkungan terasa panas, tidak diimbangi dengan adanya penghijauan Dampak yang ditimbulkan karena adanya krisis global, antara lain: Banyak terjadi bencana alam, terutama di kota-kota besar yang sama sekali tidak ada pohonnya, Perpindahan kehidupan manusia, tidak lagi di planet Bumi, namun juga di planet lain. Krisis di bumi dan padatnya kehidupan di bumi menyebabkan manusia harus mencari, tempat perlindungan lain sebagai tempat untuk tinggal 15. Tanda-Tanda yang Datang dari Langit Lukas 21:25-26 “Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang.” Sebelum akhir zaman, semua tanda-tanda di atas akan jelas kelihatan. Kapankah tanda-tanda tersebut muncul? Pada saat terjadi penyiksaan besar-besaran, matahari, bulan, dan bintang akan gelap. Sehingga dunia tidak lagi melihat siang dan merasakan panasnya matahari, melainkan hidup di dalam kegelapan di malam hari. Hingga pada akhirnya semua bintang di langit akan berjatuhan, dan terjadi hujan meteor yang menghancurkan bumi.

seni dalam pandangan islam

A. Pengertian Seni Secara Umum Secara umum kata atau term seni berarti ‘halus’(dalam rabaan) ‘kecil dan halus’, tipis dan halus’, ‘lembut dan enak (didengar), ‘mungil dan elok’(tubuh), ‘sifat halus’. Secara etimologis seni dapat didefinisikan sebagai kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bermutu tinggi (Kamus, 1990 : 816). Ukuran tinggi itu jika orang lain bisa mengatakan indah, kagum, atau luar biasa terhadap ciptaan tersebut. Kata seni sering dirangkai dengan kata lain umpama budaya sehingga menjadi ‘seni budaya, ‘gelar seni budaya’. Pengertian ini sebenarnya dipacu karena seni itu sebenarnya merupakan satu unsur dari budaya. Dalam kajian budaya, unsurnya yang mesti ada mencakup tujuh hal, yaitu: sosial, politik, bahasa, agama, ekonomi, seni, dan eistetika. Seni budaya sebenarnya hanya seni itu sendiri atau bagian dari seni, dan biasanya secaara praktis terbatas pada seni tari, seni suara, seni panggung, atau gabungan dari ketiga seni itu seperti kalau kita mendengar sebuah pernyataan “Saputra dan kawan-kawannya menjadi duta seni budaya Indonesia ke berbagai manca negara”. Apa yang mereka lakukan di luar negeri atas nama bangsa Indonesia hanya menggelar seni dalam panggung di hadapan pemirsa. B. Problematika Seni Dalam Islam Mengkaji Seni Islam selalu tertumbuk pada jalan buntu ketika hendak memasuki wilayah kajian seni Islam. Di kalangan Islam terdapat pro dan kontra. Hingga kini belumn ada lembaga apapun juga yang secara formal dan sistematis melakukan kajian seni secara komrehensif, filosofis (eistetika atau filsafat seni Islam, yang merumuskan batasan nilai keindahan sesuai dengan ajaran Islam), teoritik (sejarah, struktur, dan klasifikasi: apakah ada seni Islam ataukah hanya ada seni muslim), praktik (kajian tentang teknik-teknik perbidang), dan apresiatif (kritik seni yang mengkaji perkembangan seni Islam dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat muslim) yang mengatasnamakan lembaga seni Islam. Inti pendirian kelompok ini menyatakan bahwa Seni Islam itu tidak ada, dan yang ada adalah orang Islam berseni. Sebagian umat Islam atau bisa disebut seniman muslim bersemangat menunjukkan berbagai dalil ‘aqliyah’ (rasional) bahwa Alquran sendiri mengandung nilai seni yang amat tinggi dan demonstratif bahwa musabaqah tilawatil qur’an digelar di mana-mana, demikian juga seni kaligrafi Islam-Arab, maupun naqliyah (teks yang bersumber dari Alquran maupun as-Sunnah; Alfaruqi, 1999: v-vi) menjelaskan tentang keindahan sebagai buah karya seni. Inti pendirian kelompok ini adalah seni merupakan salah satu dari kandungan atau jangkauan Islam. Dalam bab ini tentu dinyatakan bahwa seni Islam itu ada. C. Aliran Filsafat Seni Sekurang-kurangnya terdapat dua aliran besar dalam seni, yaitu seni untuk seni (the art for the art) dan seni untuk sesuatu (the art for the others). 1. Seni untuk Seni Pada awal abad 19 ditengarai munculnya gerakan seni untuk seni (the art for the art) . Di Perancis gerakan ini didukung oleh Flaubert, Gauthier, dan Baudelaire. Di rusia oleh Pushkein. Di Inggris oleh Walter Patter Oscar Wilde. Di Amerika oleh sastrawan Allan Poe. Aliran ini berakar dari Romantisime Romawi yang dapat ditemukan akar-akarnya pada Friedrich Schlegel dan Henrich Heine (Syarif, 1984 : 114). Mereka meyakini slogan “Seni Untuk Seni”. Dengan slogan ini dimaksudkan bahwa keindahan sebagai produk seni, adalah kualitas seni yang khusus. Ia adalah nilai dasar yang absolut, menyeluruh dan tertinggi. Nilai-nilai lain seperti kebenaran dan kebaikan berada di bawahnya atau malah sama sekali tidak relefan. Di dalam panggung kehidupan, seni memiliki daerahnya sendiri, mempunyai tujuannya sendiri, tidak mempunyai misi yang harus dipenuhi kecuali membangkitkan jiwa sang kontemprator untuk menciptakan sensasi-sensasi keindahan tertinggi. Moralitas, instruksi, uang, dan populalaritas tidak boleh menjadi tujuan seni, tetapi malah merendahkan nilai artistik sesuatu seni (Syarif, l984 : 115). Buat mereka, seni adalah otonom tidak bergantung pada yang di luar seni. Gauthier, utamanya, ia mengatakan bahwa seni bukan suatu cara, tetapi tujuan. Seorang seniman yang mengejar tujuan lain di luar keindahan adalah bukan seniman (Syarif, l984 : 115). Sementara itu, Orcar Wilde memisahkan secara penuh antara lingkungan etika dan seni( Syarif, l984 : 1). Sebuah patung naturalis telanjang bulat yang dipasang di pusat keramaian, jia ini dipandang indah, tentu dilakukan dengan tanpa mermpertimbankan nilai etis. Jika peristiwa ini benar-benar ada, pasti menjadi heboh. Tokoh agama dan kaum moralis lainnya pasti memprotesnya, karena dipandang bertentangan dengan nilai moral. Beberapa tahun yang lalu, kasus pembuatan gambar-gambar bugil Dewi Sukarno Putri pada suatu majalah menjadi heboh. Tabloid yang pernah muncul penaka kecambah, beberapa diantaranya mengintrodusir gambar-gambar bugil atau hampir bugil atau secara umum seronok pada halaman sampulnya mendapat reaksi keras dari tokoh maupun lembaga-lembaga penjunjung tinggi moralitas. Goyang ngebor Inul Daratista, goyang patah-patah Anisa bahar, Goyang gergaji dari Dewi perssik dalam seni panggung menjadi heboh dan mendapat protes keras dari pendukung kaum moralis yang anti pornografi dan pornoaks atau sekurang-kurang erotisme. Karya ‘Taman Eden” yang menampilkan pose bugil Anjasmoro dan kawan-kawannya tidak luput dari hujatan keras dari kaum pendukung seni untuk sesuatu di luar seni. Mulai Maret 2008 Pemerintah Republik tercinta ini (Indonesia), demi menjaga supaya generasi mudatidak rusak parah moralitasnya menutup situs pornografi maupun pornoaksi dalam dunia internet, adalah sikap dan gerak nyata anti seboyan “seni untuk seni” Seni untuk seni yang produksi seninya dinilai seronok oleh masyarakat tidak akan menjadi masalah manakala semua orang mendukung paham itu. Mungkinkah ini bisa terjadi ? rasanya tidak mungkin atau malah pasti tidak mungkin. Manusia tidak bisa diseragamkan dalam paham seni. Justru kebanyakan manusia tidak sadar akan dunia seni atau malah tidak menyadarkan diri akan dunia seni. Bagi mereka, sebagian berpendirian bahwa yang penting tuntutan ekonomi dasar (pangan, sandang, papan). Seni bagi kebanyakan orang adalah komoditas mewah. Orang-orang semacam ini biasanya dalam penghayatan agama juga terbatas pada aturan-aturan pokok kehidupan agama seperti pelaksanaan ritus dalam Islam. Agama, dalam kasus Islam dilihat melalui tolok ukur wajib-haram, sunnah-makruh, dosa-memperoleh pahala, ketika melihat patung naturalis bugil di pusat keramaian, tidak dipandang sebagai karya seni yang indah, melainkan dihukumi haram, dosa, dan membinatangkan manusia. Jadi, sebenarnya doktrin seni untuk seni bukanlah sesuatu yang ideal, justru ditentukan oleh persoalan-persoalan eksternal non seni, seperti etika jika harus dihadapkan dengan etika sebagai lawan seni. Seni menjadi sesuatu yang menentang kodrat Ilahi. Tujuan utama keutusan para Nabi dan Rasul sepanjang sejarah manusia justru mengenai etika. Nabi dan Rasul terakhir Islam adalah Muhammad saw (570:622) mengaku bahwa tugas pokoknya sebagaimana ia katakan adalah sebagai berikut: . . . بعثت لإتمم حسن الاخلاق (رواه الليس عن مالك بن انس) ( Aku diutus hanyalah utuk menyempurnakan kebaikan akhlak. H.R. al-Laisi dari Malik bin Anas). Seni menjadi bagian integral dalam risalah kenabian Muhammadsaw. Suatu hal lain menjadi kelemahan doktrin seni untuk seni adalah menyaksikan alam semesta, yang menurut pandangan iman adalah refleksi karya Agung Sang Maha Pencipta, dipandang sebagai sesuatu yang statis dan tidak bermakna karena lepas dari sensasi-sensai keindahan dari sang seniman. Flaubert si pendukung mazhab ini amat membenci kenyataan. Keindahan pegunungan Alpen tidak menimbulkan daya tarik baginya. Baudelaire menatap alam dalam penampakan keaslinya, ia pandang sebagai sesuatu yang monoton dan menjemukan. Menurutnya, seni harus berhubungan nilai absolut dan tertingi yaitu dipakai untuk menggantikan filsafat dan agama (Syarif, l984 : 116). Kalau sudah sampai tahap begini, seniman tidak bisa menjadi filosof dan agamawan, demikian sebaliknya. Tidak pula ia menjadi seniman yang berdoktrin “Seni untuk seni” secara setengah-setengah dan menjadi agamawan atau filosof setengah-setengah. Menjadi agamawan setengah-setengah adalah fasiq yang secara praktis adalah rusak. Bahkan, arti fasiq semula adalah sesuatu yang keluar dari kulitnya atau keluar dari perlindungan. Fasiq dalam arti agama berarti keluar dari ketaatannya pada Aallah (Anis,II : 687). Kalau agama seniman yang menjunjung tinggi doktrin “seni untuk seni” dan ia amat kuat dukungannya, sementara ia adalah seorang agamawan, boleh jadi ia kurang kesadarannya terhadap agamanya. Dalam kasus Islam, agama ini menuntut kepada pemeluknya supaya masuk ke dalam Islam secara total dan menyheluruh. Demikian seruan Alquran: ياليهاالذين أمنوا ادخلوا فى السلم كافة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين (Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu. Q.S. al-Baqarah/2 : 228) Dalam ayat ini, dapat dipahami bahwa ketika seseorang memeluk agama Islam secara tidak totalitas, sisanya adalah pengikut langkah syetan. Dengan demikian seniman yang menjunjung tinggi doktrin “seni untuk seni” hingga tahap menepikan filsafat dan agama menurut pandangan Islam seni itu adalah seni syetan. Karen itu sebagai seorang agamawan – masih dalam taraf awam, dan belum mencapai tingkatan ulama – saya menghimbau kalau di tanah air ini ada seniman yang bermazhab secara berat “seni untuk seni” dan mereka ini memeluk agama, khususnya Islam, hendaklah anda bertaubat dan pindah kepada paham seni yang fungsionalis-religius. Seandainya harus dicari manfaatnya dari doktrin seni untuk seni sebenarnya masih ada, tetapi amat terbatas dan sifatnya terapiutik yang dalam hasanah Froedian termasuk orang-orang gila yang asyik dengan dunianya sendiri dan tidak hirau dengan dunia sekelingnya. Segi positif yang lain adalah karya ciptaannya selalu fres, orisinal, dan kreatif karena anti naturalisme. . 2. Seni Untuk Sesuatu (Seni Fungsionalsme) Islam sebagai salah satu agama besar dunia dan yang paling belakangan menyatakan bahwa Alquran diturunkan untuk menjelaskan segala sesuatu. Dalam hal ini Allah berfirman: ونزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيئ (Dan Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu, Q.S. 16 : 138). Sudah barang tentu bukan dalam arti penjelasan teknis dan detail yang diberikan oleh Alquran, melainkan hanya prinsip-prinsip dasarnya. Keluasan jangkauan Islam ini diakui juga oleh Orientalis seperti H.A.R. Gibb dengan pernyataannya: “Islam is much more than system of theology. It is a complite civilization”. Noor Cholish Madjid menyatakan Islam sebagai agama doktrin dan peradaban. Point yang diperoleh dari premis ini adalah Islam mengandung soal seni. Kandungan ini amat kecil barangkali sehingga amat samar dan akibatnya sulit memotret secara jelas apa itu seni Islam, bagaimana umat Islam mengapresiasi kesenian yang semuanya menjadi wacana yang hangat yang secara keseluruhan atau sekurang-kurangnya secara mayor mencurigai seni. Bolehlah dikatakan bahwa Islam ‘ya’ terhadap seni, tetapi seperti apa ? Jawaban pertanyaan ini dapat dijelaskan dalam dua level, operasional dan konsepsional tentang seni. a. Devinisi Inti ajaran Islam dalam rumusan verbal dan perbandingan antar agama-agama adalah tauhid. Essensi tauhid adalah meng-Esa-kan Tuhan, bukan hanya dalam level keyakinan, melainkan total kehidupan. Karena itu, fenomena apa pun yang berlabel Islam pasti dan harus berasal, beroperasional, dan bermuara pada tauhid. Islam yang sumber ajaran pokoknya Alquran dan as-Sunnah, dan kandungannya menyediakan pembentukan kebudayaan lengkap. Semuanya terbawahkan oleh posisi tauhid. Tauhid berada di puncak piramida sesuatu yang disebut Islam. Atas dasar alur pikir ini mendevinisikan seni Islam kiranya dapat dipahami. Seni Islam dapat didevinisikan sebagai segala produk historis yang memiliki nilai eistetis yang telah dihasilkan oleh orang-orang Islam dan dalam kurun sejarah Islam, berdasarkan pandangan eistetika tauhid dan selaras dengan semangat keseluruhan peradaban Islam, dengan enam ciri yang diambilkan dari ideal Alquran: abstraksi, struktur modular, kombinasi suksesif, repetisi, dinamis, dan rumit (Alfaruqi, l999 : vii-viii). Pertama-tama yang harus disadari dalam devinisi ini adalah sifatnya yang aplikatif dalam arti mengabstraksi prestasi seni yang telah dicapai, meskipun dapat juga dikenakan sebagai kerangka paradigmatik. Penjelasan keenam ciri tersebut adalah sebagai berikut: 1). Abstraksi Yang dimaksuds ciri abstraksi dalam seni Islam adalah pengingkaran naturalisme dan pencegahan menghadirkan fenomena natural dalam karya seni, khususnya adala seni patung. Kalau pun harus akan mencipta karya-karya figuratif alami harus diupayakan denaturalisasi (Alfaruki, 1999 : 8). Demikian inilah diagnosa pengamat seni Islam. Iqbal yang filosof dan seniman (Syarif, 1973 : 99) menyarankan bahwa seni yang benar adalah seni yang bebas dari belenggu alam (Darb-I Kalim : 115). Seni yang meniru alam dianggap pengemis di depan pintu alam. Dalam idea Insan Kamil, Iqbal menggubah syair yang potongannya sebagai berikut: Thou dist Create night and I made the lamp Thou dist Create cly and I made the cup Thou dist Create desert, mountains, and forrests I produce the orchards, gardens, and grocests It is I who turneth stone intoa mirror And it is I who turneth possion into an antitode (Audah, 1981: xvi, Danusiri, 1996 : 139, mengutip dari Iqbal) Dalam bait tersebut nampak jelas bahwa hasil karya yang dikehendaki adalah sama sekali baru dan orisinal, tidak dublikatif, tidak pula meniru dari yang sudah ada. Secara kebetulan banyak teks hadis Nabi Muhammad yang mencela seniman yang berkarya secara naturalis mu;lai tingkat rendah hingga amat berat, padahal sabda-sabda tersebut diyakini kebenarannya secara mutlak oleh umat Islam karena memang itu juga wahyu. Diantara teks-teks yang dimaksud adalah: (1) Allah melaknat seniman naturalisme: ‘La’ana . . . almus}awwir (Allah melaknat . . . pematung/naturalis – H.R. al-Bukhari dari Ibnu Juh}aifah). (2) Malaikat menjauh dari rumah yang di dalamnya ada patung naturalis. Demikian sabda Rasulullah: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن الملئكت لا تدخل بيتا فيه صورة (رواه البخارى عن ابن عباس) Artinya: Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk pada rumah yang di dalamnya ada patung naturalis; H.R. al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas). Hadis ini tercatat hingga 49 kali. (3) pembuat patung naturalis akan disiksa وإن من صنع الصورة يعذب يوم القيامة (dan sesungguhnya orang yang membuat patung akan disiksa besok pada hari kiyamat; H.R. al-Bukhari dan Muslim) (4) Siksaan, pada nomor tiga di atas amat pedih: إن من اشد الناس عذابا يوم القيامة الذين يشهون او قيل يضاهون بخلق الله. (Sesungguhnya diantara yang amat berat siksaannya adalah orang yang memahat menyerupai atau menyamai ciptaan Allah; H.R. al-Bukhari dan Muslim). (5) Pematung naturalis memang menjadi penghuni neraka: إن من اشد اهل النار يوم القيامة عذابا المصورون. (Sesungguhnya sebagian penduduk neraka besok pada hari kiyamat untuk mendapat siksa yang amat berat adalah para seniman naturalis; H.R. Muslim). (6). Pematung naturalis dituntut untuk memberi nyawa atau menghidupkan hasil karyanya: من صور صورة فى الدنيا كلف ان ينفخ فيها الروح يوم القيامة وليس بنافخ(رواه مسلم عن ابن عباس) او يقول احيوا.(رواه البخارى). (Barang siapa membuat patung naturalis di dunia, ia dituntut untuk meniupkan roh di dalamnya besok pada hari kiyamat, padahal ia tidak bisa meniupnya, H.R. Muslim dari Ibnu ‘Abbas; atau beliau bersabda: “Hidupkanlah!” H.R. al-Bukhari). Dalam memahami ancaman tersebut hendaklah mempetimbangkan dua keadaan: pertama, Nabi amat sensitif terhadap patung. Islam, ketika pertama kali menguasai kota Makkah (fath} al-Makkah) benar-benar tegas dalam melakukan pemberantasan terhadap patung (al-asna>m). Di sekeliling ka’bah tidak kurang dari 360 buah, belum lagi di tempat-tempat lain. Patung-patung ini menjadi sarana atau objek penyembahan dan poengorbanan kepada para dewa (ilah). Sementara Islam memperkenalkan tauhid. Jadi, penghancuran ini dilakukan supaya orang tidak musyrik. Jika karya patung naturalis tidak dalam konteks sebagai sarana penyembahan, pengorbanan, atau sebagai ruitus-ritus keagamaan, tentunya lain ceritanya. Penjelasan demikian: Seandainya berkarya seni patung naturalisme harus ditetapkan putusan hukumnya, haram itulah penetapannya karena (1) Allah dan Rasulullah melaknat. (2) Allah dan Rasulullah memberi ancaman siksaan besok di hari akhir. (3) Rasulullah sama sekali tidak pernah melakukannya. Sesuatu diharamkan itu karena mengandung mad}arat bagi pelaku yang diputusi haram. Jika tidak pernah melakukannya justru memperoleh manfaat, sekalipun bersifat janji-janji eskatologis. Tetapi, di dalam proses penetapan hukum dalam Islam itu berlaku kaidah bahwa, “Hukum itu tergantung pada ‘illat ; sebab, konteks, alasannya: إن الاحكام تناط بالعلة (Zahra, 1958 : 224,250). Jika patung naturalis dibuat tidak dalam konteks sarana atau dalam penyembahan dan pengorbanan, atau secara umum ritus-ritus sakral, alasan menetapkan hukum haram pada patung naturalis tidak cukup. Kedua, alam dengan segala isinya – natural – adalah ciptaaan dan hak paten Allah swt. Wajar jika orisinalitas ciptaannya ditiru orang yang itu adalah juga makhluk-Nya. Dalam dunia manusia saja, karya yang telah ada hak patennya, tidak boleh dijiplak atau dibajak, kecuali telah mendapat ijin pengarang atau pembuat aslinya. Ini sebenarnya mengandung ajaran supaya seorang seniman senantiasa berkarya kreatif dan orisinal. Meskipun deminian, masih ada peluang bagi orang Islam untuk membuat karya patung bukan yang bernyawa. Dalam hal ini Rasulullah bersabda: قال إن كانت لابد فاعلا فاصنع الشجر ومالا نفس له ( Beliau bersabda: jika kamu terpaksa harus membuat patung naturalis, maka buatlah pohon atau sesuatu lain yang tidak bernyawa; H.R. Muslim dari Ibnu ‘Abbas). 2). Struktur modular Karya seni Islam tersusun atas berbagai bagian atau modul yang dikombinasikan untuk membangun rancangan atau kesatuan yang lebih besar. Masing-masing modul ini adalah sebuah entitas yang memiliki keutuhan dan kesempurnaan diri, yang memungkinkan mereka untuk diamati sebagai sebuah unit ekspresif dan mandiri dalam dirinya sendiri maupun sebagai bagian penting dari kompleksitas yang lebih besar. Ciri ini bisa dipadatkan dalam term ekspresionisme. Hanya saja, kadang-kadang seorang seniman tidak bisa mengontrol karya seninya secara utuh. Kalimuddin menulis demikian: An artist may not know anything about the nature of art. The process of cration is often incomprehensible to the artist. He created, and be creates in a particular manner, but very often he can not explain why he work in a certain way and not other. He knows he is right; he feels it in his hones that a thing should be just so that the least alternation would spoil it, but for the life of him he can not give any clear and convincing reasons wich would be obvious to critic (Kalim, 1973 : 249). Dalam kasus seperti ini sang seniman hanya menyadari bahwa tindakannya benar dan hasil karyanya indah. Secara etis memang tidak ada masalah dengan hukum, artinya tidak haram sepanjang ciri-ciri naturalisme tidak ada. 3). Kombinasi Suksesif Pola-pola infinit seni Islam menunjukkan adanya kombinasi berkelanjutan (suksesif) dari modular dasar penyusunannya. Elemen-elemen tersebut disusun untuk membangun sebuah desain lebih besar, utuh, dan independen. Kombinasi tersebut dapat diulang, divariasi, dan digabung dengn entitas lain yang lebih besar dan lebih kompleks untuk membentuk kombinasi yang lebih kompleks lagi. Dengan demikian dalam pola infinit tidak hanya ada satu fokus perhatian eistetis, melainkan terdapat sejumlah ‘penglihatan’ yang harus dialami ketika mengamati modul, entitas, atau motif-motif yang lebih kecil. Tidak ada desain yang hanya memiliki satu titik tolak eistetik, atau perkembangan progesif yang mengarah kepada poinvokal yang kulminatif atau konklusif. Desain Islam selalu memiliki titik pusat yang tak terhitung jumlahnya, dan sebuah gaya persepsi internal yang menghilangkan adanya permualaan maupun akhir yang konklusif (Alfaruqi, l999 : 9). 4). Repetisi Ciri ke empat yang diperlukan dalam rangka menciptakan infinitas dalam sebuah objek seni adalah pengulangan dalam intesitas yang cukup tinggi. Kombinasi aditif (pertambahan) dalam seni Islam melakukan berbagai pengulangan motif, modul, struktural maupun kombinasi suksesif mereka yang nampak terus berlanjut. Kesan abstrak diperkuat dengan pengekangan individuasi bagi bagian-bagian penyusunannya. Ia juga mencegah modul manapun dalam desain tersebut untuk lebih menonjol dibanding yang lain. 5). Dinamisme Seni Islam amat dinamis atas dasar ruang dan waktu. Kombinasi antara keduanya, satu dengan yang lain lebih mendominasi bisa saja terjadi sepanjang menghasilkan eistetita di bawah siraman Islam. 6). Rumit Detail yang rumit merupakan ciri ke enam sebuah karya seni Islam. Kerumitan memperkuat kemampuan suatu pola Arabeks untuk menarik perhatian pengamat dan mendorong konsentrasi kepada entitas struktural yang diprersentasikannya. Sebuah garis atau figur, selembut apa pun diolah, tidak akan pernah menjadi satu-satunya ikon dalam rancangan seni Islam. Hanya dengan multiplikasi elemen-elemen internal serta peningkatan kerumitan penataan dan kombinasi, akan dapat dihasilkan dinamisme dan momentum pola infinit. Ke enam ciri tersebut harus selalu ada dalam sebuah karya seni Islam, sifatnya situasional tergantung macam apa sebuah karya seni hendak dicipta. Dan, ciri-ciri tersebut secara umum kiranya, dalam tampilan praktis, bukan monopoli seni Islam. Ke enam ciri ini akan lebih menjadi ciri-ciri yang benar-benar hakiki jika indahnya sebuah karya seni muncul dari pandangan tauhid atau keindahan yang dapat membawa kesadaran transendensi ilahiah (Alfaruqi, l999 : vii). b. Konsepsional Seni 1). Tuhan sebagai Pencipta Alquran menjelaskan Allah itu adalah wujud yang Transenden, tak ada pandangan dapat melihatnya, dan di atas segala perbandingan. Dalam hal ini Allah berfirman: لا يدركه الابصار وهو يدرك الابصار وهو اللطيف الخبير (Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia adapat melihat segala yang kelihatan; Dan Daialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui – Q.S. al-An’am/6: 103). Tidak ada sesuatu apapun seperti Dia. Dia berfirman: ليس كمثله شيئ وهو السميع البصير (Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia; dan Dialah Yang Mah Mendengar lagi Maha Melihat, Q.S. asy-Syu’ara’/42 : 11). Ia berada di luar jangkauan penjelasan apa pun dan tidfak mungkin dipresentasikan melalui gambaran (image) antropomorfis, zoomorfis, maupun simbul figural alam (Alfaruqi, 1999: 3). Ajaran yang terkandung di balik kualitas-kualitas Tuhan seperti dalam dunia seni adalah pelarangan mengubah karya seni itu dalam berbagai aliran: abstraksionisme, ekspresionisme, maupun naturalisme tentang Tuhan. Tetapi kualitas Dia adalah pencipta segala sesuatu: الله خالق كل شيئ وهو على كل شيئ وكيل (Dia yang menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu, Q.S. az-Zumar/39 : 62). Kegiatan penciptaan terkadang mencipta dari ketiadaan menjadi ada sesuatu dengan kualitas mengadakan sesuatu tanpa alat, bahan, waktu, dan ruang (al-Asfahani, l992 : 111), creatio ex nihillo. Contoh pemakainnya dalam Alquran adalah: بديع السماوات والارض (Dia yang menciptakan langit-langit dan bumi . . . Q.S. al-Baqarah/2 : 117), atau mencipta sesuatu dari sesuatu yang sudah ada (al-Asfahani, l992 : 292), transforming matter. Contohnya adalah pernyataan Alquran: خلقكم من نفس واحدة (Dia mencipta kamu dari diri yang satu, Q.S. an-Nisa>’/4 : 1). Dan: خلق الانسان من نطفة (Dia mencipta mencipta manusia dari air mani, Q.S. an-Nahl/16 : 4). Akan tetapi dalam kualitas seperti itu, Dia memperkenalkan diri dalam banyak atribut, antara lain: (1) Sebagai al-Khaliq dan al-Mus}awwir . Dalam hal ini Allah berfirman: هو الله الخالق البارئ المصور الاسماء الحسنى (Dia adalah Allah yang Maha Mencipta yang Mengadakan, yang Membentuk rupa, yang Mempunyai nama-nama yang baik, Q.S. al-H}asyr/59 : 4). Salah satu tajalli (refleksi) al-Mus}awwir adalah membentuk rupa manusia. Dalam hal ini Allah berfirman:لقد خلقنا الانسان فى احسن تقويم (Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya, Q.S. ath-Thin/95 : 4). Arti general s}awwara dan ensiklopedis adalah ja’ala lahu s}u>ratan mujassimatan (menjadikan sesuatu dalam bentuk yang fisikal). Manusia dibentuk secara matrial dalam kelas yang disebut manusia secara fisika;l, demikian pula aneka jenis mineral, tetumbuhan, binataang, maupun benda-benda angkasa. Semuanya dalam bentuknya yang khas, spesifik, dan tidak ada bentuk yang benar-benar kembar. Secara pragmatis dan logis masing-masing bentuk fisik yang serumpun disaebut spisies. Dalam penampakan ke-wujud-an terjadi tidak secara bim salabim, melainkan secara evolusional atau sekurang-kurang prosessual, betatapun pelaku s}awwara/mus}awwir (pemberi bentuk) itu adalah Tuhan. Arti term ini adalah intaqala min h}a>l ila al-ukhra (pindah dari suatu kualitas kepada yang lain, Anis,I, 531). Contoh pemakaian makna term ini adalah: ولقد خلقناكم ثم صورناكم ثم قلنا للملئكة السجدوا لإدم . . . ( Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu(Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, lalu Kami katakan kepada para malaikat:”Bersujudlah kamu kapada Adam. . .”, Q.S. al-A’raf/7 : 11). Jika konsep s}awwara diterapkan ke dalam dunia aliran seni, tindak penciptaan dan pembentukan oleh Tuhan adalah berpola non naturalisme, meskipun hasil jadi ciptaan dan bentukan Tuhan yang mewujud dalam bentuk alam semesta dengan segala isinya oleh manusia disebut natura. Tindak Tuhan mencipta dan membentuk disebut non naturalisme karena memang tidak mencontoh barang yang telah ada. 2). Dia Sebagai Yang Indah Secara tekstual Nabi saw mengatakan: إن الله عز وجل جميل يحب الجمال (Sesungguhnya Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung adalah Indah dan Dia menyukai keindahan, H.R. Ahmad dari ‘Uqbah bin Amir). Ia (Ahmad) meriwayatkan hadis ini tiga kali dan Muslim satu kali. Itulah sebabnya indah dalam pandangan Islam berlaku manakala sebuah karya seni dapat membawa kesadaran pencipta seni maupun penaggapnya kepada idea transendensi ilahiah. Kalau Nabi saw mengatakan demikian, maka diyakini kebenrannya oleh umat Islam. Dalam sejarah Islam, para sufi dan sastrawan menghayati dan mencintai Tuhan dalam taraf cinta asketik dan mengungkapkannya Tuhan sebagai Yang Maha Indah. Jauh hari sebelum Muhammad saw lahir, Plato telah mengatakan Tuhan sebagai Keindahan Yang Abadi atau Keindahan Mutlak, good absolut (Syarif, 100; Runes, 1976 : 97), Keindahan Yang Tertingi, Summum Bonum (Syarif, l984 : 91). Dalam semua wewujudan Tuhan menampakkan Diri. Demian Syarif menulis: Tuhan sebagai Keindahan Abadi, Yang Ada tanpa tergantung pada dan mendahului segala sesuatu, dan karena itu menampakkan diri dalam semuanya itu. Dia menyatakan Dirinya di langit dan di bumi, di matahari dan di bulan, pada kerlip bintang-bintang, dan jatuhnya embun, di tanah dan di laut, di api dan nyalanya, di batu-batu dan pepohonan, pada burung-burung dan binatang buas, di wewangian dan nyanyian; tetapi di mana pun Ia menunjukkan Diri, tidak lebih dari pada yang nampak di mata Salimah, bahkan sebagai Dante; di mana pun, Dia menampakkan Diri, Dia tidak lebih dari pada yang tampak pada Beatrice. Seperti halnya besi ditarik oleh magnet, demikian pula segala sesuatu ditarik oleh Tuhan. Dalam kutipan tersebut tampak jelas pengertiannya bahwa segala ciptaan Allah indah karena keluar dari Yang maha Indah. Semua ciptaan dan bentukan Allah adalah Master Piece (karya agung) sehingga Ia tidak malu-malu membuat nyamuk atau yang lebih rendah dari itu (Q.S. al-Baqarah/2 : 26) sebagai hasil karya yang lebih bermanfaat dibanding berhala/patung sebagai sesembahan yang tidak mampu memberi perlindungan apa pun laksana sarang laba-laba (Depag, l971 : 13). Hanya saja dalam bahasa dan akal diskursif manusia, sesuatu atau segala sesuatu dalam kajian seni dibagi secara dikhotomis menjadi indah dan jelek, baik dan buruk, , , dst, orang akan mengatakan : “Seorang wanita berkulit putih bersih, hidungnya mancung, bermata biru, rambutnya pirang, atau hitam berkilau, tinggi/langsing akan dikatakan cantik atau indah; semerntara yang berkulit hitam, hidungnya pesek, bibirnya tebal, rambutnya keriting, tubuhnya besar dan pendek, dan perutnya buncit tentu akan dikatakan jelek. Padahal, orang ini juga termasuk Master Piece (karya agung) Tuhan. Itulah sebabnya dalam aspek moral Nabi Muhammad saw mengatakan demikian: إن الله لا ينظر الى اجسامكم ولا الى اصواركم ولكن ينظر الى قلوبكم. ( Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh dan paras rupamu, tetapi melihat hatimu, H.R. Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah). 3). Manusia Sebagai Wakil Tuhan Tuhan menyatakan bahwa makhluk yang bernama manusia dilantik oleh Tuhan menjadi khalifah fi al-ard}, wakil-Nya di bumi ini (Q.S al-Baqarah/2 : 30-38). Di bumi ini, manusia merupakan puncak evolusi dari semua makhluk hidup, baik dari segi fisik, intelektual, maupun spiritual. Sebagai khalifah di bumi, manusia diberi tugas oleh Allah swt untuk memakmurkan bumi: هو انشاٌكم من الارض واستاُ مركم فيها. . . (Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya (Q.S. Hud/11 : 61) dalam arti manusia diberi kuasa penuh oleh Allah terhadap bumi ini supaya menjadi makmur. Supaya bisa melaksanakan tugasnya, manusia diberi akal. Dengan akal manusia bisa mengembangkan diri jauh melampaui binatang. Selain itu manusia diberi kebebasan, tetapi dimintai pertanggungjawaban atas kebebasannya (Q.S. al-Kahfi/18 : 29). Kenyataannya, tidak semua manusia mampu memerankan diri sebagai wakil Tuhan. Mereka malah merusak (Q.S. al-Maidah/5 : 32) atau turun derajatnya bagaikan binatang ternak atau lebih rendah dari itu (Q.S. al-F\urqan/25 : 44), yaitu serendah-rendahnya barang rendah (Q.S. ath-Thin/95 : 5). Dehumanisasi terjadi karena manusia tidak bisa menjadi wakil Tuhan yang baik. Untuk menjadi khalifah yang baik, manusia harus menjadi insan kamil (the perfect man). Salah satu kualitas insan kamil adalah kerja kreatif dan orisinal. “jangan hinakan pribadimu dengan tiruan/jagalah padanya laksana pribadimu intan tak ternilai/setiap orangyang tak kuasa mencipta/ia orang yang beriman dan zindiq (Iqbal, l979 : 5-6). Dalam bahasa yang amat meledak-ledak, Iqbal membayangkan bahwa Insan kamil adalah manusia yang dilengkapi Tuhan dengan berbagai daya tangkap: serapan indra, rasio, dan intuisi dalam kadar yang amat tinggi (Bahrum, l976 : 181). Teman kerja Tuhan di bumi.”Be man of God/bear mysteries within/”(Jadilah manusia Tuhan/kandunglah rahasia dalammu; Iqbal, l976 : 58). Iradah atau kehendak manusia utama adalah se-iradah Tuhan: In his will that which God wills becomes lost (Dalam kemauannya/iradah Tuhan hilang di dalamnya; Iqbal, 1976 : 69). Kalau kualitas Tuhan adalah mencipta, maka demikian pula kualitas Insan kamil, dan predikat Insan kamil oleh siapa saja asal ia melalui jalan yang benar untuk itu, termasuk oleh para seniman. Seniman yang sejati adalah mencipta karya seni yang bebas dari belenggu alam (Iqbal, Kalim, 115) dan karyanya bukan seni demi seni, melainkan seni yang fungsionalis Kalau tujuan Islam turun di muka bumi ini sebagai rahmat dan berkah bagi alam semesta: وما ارسلناك إلا رحمة للعالمين ( Dan tidak Aku utus engkau (Muhammad), kecuali untuk rahmat bagi alam semesta: Q.S. al-Anbiya/22 : 107), maka seni, sebagai bagian integral dari Islam., harus juga sinergi dengan tujuan risalah ini. Itulah yang dimaksud seni dalam pandangan Islam adalah seni yang fungsionalis. Dalam hal ini Allah berfirman: قل حرم زينة الله التى اخرج لعباده والطيبات من الرزق قل هي للذين أمنوا فى الحياة الدنيا خالصة يوم القيامة Arttinya: Katakanlah :Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hamba-Nya (siapa pula yang mengharamkan) rezeki yang baik ? “katakanlah semua itu bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiyamat; Q.S. al-A’raf/7 : 32). Yang dimaksud perhiasan adalah segala sesuatu yang mendatangkan keindahan. Perhiasan dengan demikian adalah karya seni, dan seni sebagaimana diisyaratkan dalam ayat itu adalah fungsionalisme, bukan hanya bagi atribut kehidupan orang beriman di dunia, melainkan hingga ke akhirat kelak. Akar dari paham fungsionalisme adalah Plato. Menurutnya seni harus mengandung tujuan etis dan instruksional. Daya magis seni harus digunakan untuk menghasilkan warga yang baik (Syarif, 1984 : 126). Di Barat, fungsionalisme seni didukung oleh antara lain: Ruskin, Guyau, Tolstoy, Ibsen, dan Shaw. Mereka menghendaki fungsi seni sebagai perubahan. Dalam Islam, Iqbal adalah pendukung fungsionalisme yang amat berat. Seni, katamya, adalah sarana ayang berharga bagi prestasi kehidupan ( Iqbal, Asrar: 42). Menurutnya, menentang apa yang ada dilandasi keinginan untuk mencipta apa yang seharusnya adalah sikap hidup yang baik ( Syarif, 1984 : 130), dan teman sekerja Tuhan adalah seniman yang menjadi rahmat bagi kemanusiaan (Syarif, l984 : 1209). Jadi, seniman sejati dalam pandangan Islam adalah seniman yang berkarya dengan dilandasi kesadaran bertuhan; tangannya digerakkan oleh Tuhan karena pribadinya telah menyatu dengan Tuhan dan hasil karyanya, tidak hanya menyenangkan karena ini hanya efek karya seni, melainkan untuk rahmat bagi kemanusiaan. Seniman yang egois dan tidak peka terhadap persoalan kemanusiaan adalah menyalahi kodrat dirinya sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini, yaitu memakmurkannya. Sekarang ini, dapat disaksikan bahwa penganut fungsionalisme seni dari orang Islam adalah Noor Mustakim – salah satu galery seninya terletak di lereng gunung Muria Kabupaten Kudus Jawa tengah, dan yang lainnya terletak di Jakarta maupun Yogyakarta. Sebagai seniman, ia mengaku dalam berkarya selalu berangkat dari kesadaran iman. Tuhan lah yang menggerakkan tangannya. Pikiran seolah-olah kosong. Dalam beberapa kesempatan dialog dengan saya, ia berkata: Setelah tangan memegang kanfas dan instrumen-instrumen lainnya tersedia, tiba-tiba leerr, , , leerr, , leerr, , , Dalam keadaan itu, terkadang dalam hati protes, dengan coret-coret sembarang supaya hasilnya tak karuan. Tetapi hasilnya, ternyata dinilai oleh pengamat dan penghayat seni amat indah. Atas dasar pemikiran seperti ini, dan ini biasa terulang, katanya, maka ketika ditanya mana karyanya yang dianggap sebagai Master Piece, ia mnenjawab bahwa semua karyanya adalah Master Piece karena ia bekerja atas dorongan iman. Untuk itulah ia berkata: “Sesederhana apapun, ciptaan Tuhan itu indah, dan setiap sentuhan tanganku dalam bentuk apapun adalah seni yang merupakan karunia-Nya”. Inilah barangkali rahasianya, ia tidak menganut paham seni untuk seni, melainkan seni untuk sesuatu karena datangnya dari Allah. Sementara Allah mengamanatkan pada manausia supaya menebarkan kemakmuran di bumi.Untuk itu, perlu ada keterpaduan antara seniman, pengusaha, dan pencinta seni, kata Panoet Harsono, orang yang pernah menjadi orang nomor satu di Bank Penbangunan Daerah Jawa Tengah. Sebagai bukti pilihannya yang fungsionalistik, ia berobsesi mendirikan sebuah universitas di lereng gunung Muria Kudus pantura Jawa Tengah, dengan modal perguruan yang berbasis pada alam, lalu diolah atas dasar seni dan ditujukan bagi kesejahteraan manusia. Khusunya fakultas seni bebas dengan berbagai juruasannya akan dibuka pada tahun 2002 – 2003. hanya saja, obsesi itu telah menjadi kenyataan atau belum adalah persoalan lain, setidak-tidaknya idea mendirikan lembaga seni secara legal sebagaimana dipertanyakan Alfaruqi telah direspon, justru di kota kecil di Jawa Tengah, yaitu di Kudus. D. Muhammadiyah dan Seni Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan yang memiliki misi: (1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni; (2) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Alquran dan as-Sunnah’ dan (3) Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi keluarga, dan masyarakat (Sukaca, 2008 : 4), menghindarkan penyakit TBC+S [tahayyul, bid’ah, khurafat, dan syirik) menimbulkan efek pemiskinan kebudayaan, termasuk di dalamnya seni sehingga secara luas Muhammadiyah kurang diminati oleh masyarakat awam luas. Muhammadiyah akan mendapat respon di kalangan masyarakat luas jika mampu mencipta karya seni apa saja, khususnya seni musik yang merakyat, namun tidak bertentangan dengan syariat. Kawan-kawan di NU mampu berbuat itu. Mereka sangat adabtatif, mampu menggunakan instrumen yang mestinya bukan alirannya, namun diaransemen demikian apik. Instrumennya campursari tetapi gubahan iramanya padang pasir. Instrumen karawitan dikolaborasi dengan samrah atau sebaliknya dapat mencipta karya seni yang dapat dinikmati orang awam. Hanya saja karena saking luwesnya, aspek akidah kurang menjadi pertimbangan penting sehingga sebuah karya seni sering dikritik oleh mereka yang berasal dari Muhammadiyah sebagai sesuatu yang berbau syirik. Dalam Muhammadiyah juga terjadi distorsi. Mereka sering mengritik seni dari segi akidah, sementara tidak bisa memberikan alternatif, malah sekalian terjun bebas ke dalam musik Barat, dalam arti instrumen musik yang digunakan sebagai ekspresi seni terbatas pada band. Musisi Muhammadiyah kurang bisa beradabtatif dengan nuansa musik lokal atau daerah. Untuk memperoleh efektifitas dakwah amar ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah perlu menguasai musik-musik lokal di mana mereka berada sehingga, untuk langkah pertama berdialog dengan masyarakat sekurang-kurangnya tidak mengundang kecurigaan. Diproleh di:http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/materi-kuliah/fbba/pandangan-islam-tentang-seni/ Dikutip di: Al-Qur’an al-Karim Agus Sukaca, Gerakan Pengajian Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2008. M.M. Syarif,(terj.) Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, Bandung:Mizan, 1984. Ismail Raji al-Faruqi, (terj.), Seni Tauhid: Esensi dan Ekspresi Estetika Islam, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999. Abdul Wahhab ‘Azzam, Filsafat dan Puisi Iqbal, Bandung: Pustaka, 1985. Abi Abdullah Muhammad bin Isma’il, Matn al-Bukhari fi H}asyiyat as-Sindhi. Bandung: Syarikah al-Ma’arif li ath-Thabb wa an-Nasyr. Abi Husain bin H}ajjaj al-Kusyairi an-Naisaburi, S}ah}i>h al-Muslim. Indonesia: Maktabah Dahlan. Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Ima>m bin Hanbal. Beirut: al-Maktab al-Islami,[t.th]. Muhammad Ashraf, Iqbal as The Thinker. Lahora: Kashmiri Bazar, 1973. Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawwuf Iqbal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Ibrahim Anis, (et.all.), al-Mu’jam al-Wasith. Beirut: Dar al-Fikr, l994. Al-Isfahani, Mufradat Alfa>f al-Qura>an al-Kari>m. Beirut: Dar al-Fikr, l992 Muhammad Abu Zahra, Us}u>l al-Fiqh. Beirut: Dar al-Fikr, l958. Anas bin Malik, al-Muwaththa’. Beirut: Dar al-Fikr, l985.

politik islam pada masa lampau.

Islam dikenal dengan sejarah kerajaan islam yang amat ditakuti negara lain. Dengan kebesaran dan kekuasaan islam yan luas menjadi ancama bag...